tebuireng.co – Menurut Gus Ipang, santripreneur berbisnis, pasti fantastis. Hal itu diungkapkan saat menjadi pembicara dalam acara webinar IndiHome Santripreneur (29/07) yang diikuti oleh para peserta yang lolos dalam program IndiHome, Santripreneur Business Idea Competition 2021.
Dikutip dari laman indihome.co.id, IndiHome Santripreneur adalah sebuah komitmen dari IndiHome untuk menciptakan kekuatan ekonomi santri yang berkelanjutan, melalui sebuah program pendampingan kewirausahaan untuk mempercepat pertumbuhan dan keberhasilan wirausaha.
Tim yang memenuhi kriteria akan mendapatkan pendampingan intensif oleh para mentor untuk mempertajam perencanaan bisnisnya. Dan yang lolos sebagai pemenang dalam 3 besar akan mendapat hadiah dalam bentuk uang pembinaan.
Pada awal acara IndiHome Santripreneur tersebut Gus Ipang memberi pemaparan mengenai kondisi masyarakat di masa pandemi ini “Pandemi telah banyak mengubah gaya hidup kita, semua berubah, ada yang siap ada yang gak siap, kalau gak siap akan cuma bisa ngedumel aja. Wah ini begini, kerjaan begini, susah dan segala macam,” terangnya.

“Ya, pandemi memang bikin susah. Tapi pada faktanya, juga banyak orang menjadi kaya gara-gara pandemi. Ini pasti, di samping ada yang susah ada yang senang juga, walaupun lebih banyak yang susah. Problemnya bagi kita adalah karena pandemi ini bukan sesuatu yang bisa kita predisikan kapan berakhirnya. Sehingga bisnis seperti Angkasa Pura I termasuk salah satu terdampak yang paling signifikan. Semua bisnis, bisnis penerbangan, bisnis pariwisata, semua terdampak. Tapi kita kan gak bisa seperti gitu terus,”lanjutnya.
Dalam biodatanya, Gus Ipang mengawali karir di bidang periklanan, lebih dari 500 iklan sudah ia garap termasuk iklan Telkom. Gus Ipang mengaku penghargaan iklan pertama kali ia dapatkan dari Telkom. Karirnya sebagai pekerja iklan dimulai dari tingkat paling bawah dan terus naik hingga menjadi sutradara pada kisaran tahun 1997 sampai 2018. Hampir semua iklan BUMN Multinasional sudah pernah ia kerjakan.
Gus Ipang yang saat ini sebagai komisaris Independen PT. Angkasa Pura I, menceritakan pengalamannya bahwa sejak tahun 2004, ia mulai masuk sebagai konsultan komunikasi dan merambah ke bidang personal branding, dan juga ke politik.
Saat Gus Ipang ditanya kenapa masuk politik? Ia menjawab: “di rumah kami kucing aja ngomongnya politik, jadi nurun akhirnya. Itu karena sudah bawaan. Tapi saya tidak tertarik menjadi politikus, karena saya lebih tertarik menjadi enterpreuner.”
“Kalau ditanya golnya apa? Saya ingin memberdayakan pesantren berbasis ekonomi, karena di sisi itulah kita yang sangat kurang. Doakan mudah-mudahan rencana kami ini (saya, Ustadz Yusuf Mansur, dan Gus Miftah,) lagi menggodok konsep pengembangan pesantren berbasis ekonomi. Itulah kenapa waktu ada tawaran dari teman-teman di sini berbicara tentang santripreuner, saya tertarik sekali,” terang Gus Ipang.
Dalam setahun ini Gus Ipang bergerak di bidang agro. “Saya punya farm di dua tempat, satu di Puncak Mega Mendung, satunya lagi di Bogor. Dan di Jawa Timur kami juga ada farm Lobster, di daerah Situbondo yang baru mulai, Banyuangi, Lombok, dan Sumbawa, semoga barokah. Saya melihat pandemi ini cukup segnifikan pengaruhnya terhadap ekonomi, itulah salah satu kanapa saya shifting di situ”
Pada saat memulai membuka materi webinar IndiHome Santripreuner tersebut, Gus Ipang sharing pengalaman bahwa ia tidak pernah sekolah bisnis. “Saya tidak pernah sekolah tentang bisnis, saya seniman. Saya sekolahnya desain komunikasi visual, pernah di TV Production, di Amerika, yang membuat saya punya pengalaman di lapangan. Dari mulai kuliah saya sudah mulai berbisnis. Itulah yang membuat pengalaman-pengalaman itu menjadi sangat matang. Saya juga pernah menjadi senior adviser di Gojek Indonesia, sama bantu Aruna Indonesia, dan Kita Bisa.com.”
Potensi Sektor Pertanian dan Perikanan
Dalam slide materinya, Gus Ipang menunjukkan bahwa pertanian saat ini menjadi sektor yang berpeluang tumbuh pesat. Menurut data BPS pertumbuhan sektor usaha di masa pandemi seperti tranportasi dan pergudangan, anjlok. Begitu juga sektor akomodasi, makanan dan minuman juga anjlok. Sedangkan sektor pertanian, infokom, dan seharusnya menurut Gus Ipang juga masuk sektor farmasi menjadi sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan pesat di masa pandemi menjadi sangat menarik bagi Gus Ipang untuk terus dikembangkan. Sehingga untuk pengembangan di sektor ini Gus Ipang memberikan penjelasan tentang adanya lima masalah yang sangat perlu untuk diketahui dan diperhatikan.
Pertama, masalah adanya keterbatasan lahan pertanian, menurut Gus Ipang hal ini bisa terjadi karena alih fungsi lahan menjadi bangunan dan lain-lain serta produktivitas lahan subur yang belum optimal.
Masalah kedua adalah teknik budidayanya yang kurang maksimal, mulai dari benih, pupuk, penanganan hama, hingga teknologi digital.
Masalah ketiga adalah masalah mindset. Pertanian masih dipandang sebelah mata karena dianggap tidak keren dan nggak cuan oleh banyak orang khususnya milenial. Banyak anak muda kurang tertarik dengan pertanian, padahal sekarang pertanian itu naik daun sekali.
Masalah keempat, rantai niaga yang merugikan petani. Adanya kesenjangan pembagian keuntungan antara petani dan distributor, dan petani yang paling banyak dirugikan. Hasil yang didapat tidak sebanding dengan resiko yang dialami petani.
Dan masalah kelima adalah akses permodalan. Para petani sulit sekali mendapatkan bantuan finansial, untuk mendapatkan kapital, salah satu kendalanya karena tidak bankable sehingga susah untuk scale up.
Begitu pula potensi laut dan perikanan Indonesia sangat tinggi, baik budidaya darat maupun budidaya laut. Gus Ipang kemudian menunjukkan nilai ekonomi kelautan dan perikanan Indonesia ada sekitar USD 1 Trillion.
Indonesia menjadi negara nomor 2 penghasil ikan terbesar di dunia (setelah Cina) dan penghasil tuna No. 1 di dunia, tetapi nelayannya tidak kaya-kaya. Selain itu juga menurut data yang dihimpun Gus Ipang terjadi masalah penurunan jumlah nelayan dalam 10 tahun terakhirsampai 50%. Padahal penghasilan nelayan per-bulan berkontribusi terhadap 25% kemiskinan nasional.
Ketimpangan seperti itu bagi Gus Ipang karena pasti ada yang salah. “Sehingga di sini banyak kawan-kawan muda, melenial, yang bergerak mencoba untuk menyiasati itu, seperti Aruna salah satunya mencoba masuk ke sektor ini.”
“Potensi kelautan dan perikanan Indonesia sangat dahsyat, kalau bisa menyiasati potensinya.Bayangkan, harga dari nelayan ke pembeli bisa terjadi kenaikan 1000%. Hal itu sangat mungkin terjadi. Sebagai contoh adalah pada waktu ambil dari nelayan tangkapnya. Misalnya sebagai contoh, lobster beli ke nelayan tangkapnya mungkin satu kilogram seratus ribu rupiah, tapi begitu dijual sampai ke pambelinya mungkin bisa sampai sepuluh juta. Jadi make sense saja,” ungkap Gus Ipang mencontohkan.
“Sehingga perlu pemberdayaan masyarakat lokal seperti yang dilakukan di Aruna, mereka mencoba melayani dan mengedukasi dari mulai program perikanan berkelanjutan, pengolahan ikan, digitalisi, quality control yang baik dan penguatan di manajemen keuangan,” lanjutnya.