Gus Ipang Wahid menjelaskan tentang dakwah Mbah Hasyim Asy’ari dan transformasi dua arahnya dalam acara forum diskusi di Pesantren Tebuireng.
Dalam acara forum diskusi “Transformasi Pesantren Tebuireng menuju 150 tahun dan menuju Indonesia Emas”, Gus Ipang Wahid mengatakan jika bicara transformasi, “Kita harus bicara dua arah. Dari dalam dan dari luar. Dari dalam itu seperti apa, apa yang kita punya, competitive advantage (keunggulan bersaing) dari Pesantren Tebuireng ini apa. Kalau itu sudah kita pahami. Baru kita lihat dari luar. Apa yang terjadi di dunia luar dan prediksinya,” katanya, Ahad (18/06/2023) di Gedung KH Yusuf Hasyim lantai 1.
Gus Ipang memberikan pertanyaan, satu kata apa yang tepat untuk menggambarkan apa yang dilakukan Mbah Hasyim Asy’ari.
“Kalau saya, dakwah. Karena itulah esensi yang Mbah Hasyim lakukan. Mau pendidikan, mau melawan maksiat, mau apapun semuanya dakwah, tapi caranya yang berbeda,” katanya.
Dalam media dakwah, Gus Ipang memberikan narasi tentang media popular di era sekarang. “Sekarang, platform media sosial paling populer itu Tik Tok. Sekarang orang jualan di Shopee dan Tokopedia mulai tergusur dengan Tik Tok. Dakwah juga sama (harus transformasi). Di Tik Tok, hashtag Raffi Ahmad lebih dari 26 miliar orang menonton. Kalau dari ustad-ustad, ada Gus Miftah, paling tinggi 1,5 miliar. Pertanyaannya, Pesantren Tebuireng berapa?” tanya pria yang menjabat sebagai Komisaris Angkasa Pura I ini.
Lanjutnya, “Kalau kita nggak mulai, kita nggak akan sampai sana. Sekarang fight-nya di situ. Dakwah yang paling langsung itu adanya di situ, di Tik Tok. Nah, kalau kita tidak masuk ke ranah dakwah modern seperti itu, kita mau apa? Kalah, kita tergerus sama zaman. Jadi, cara menyikapinya seperti itu. Competitive advantage kita kan banyak, masuknya ya ke situ. Itu dari dalam,” ujarnya.
Sedangkan faktor dari luar, menurutnya, kita melihat apa yang terjadi di luar dan kira-kira prediksinya seperti apa. Ada dua hal penting yang menurut saya harus kita garisbawahi. Pertama, begitu pesatnya perkembangan teknologi digital, seperti digital learning, salah satunya adalah Artificial Intelligence (AI).
Cerita Gus Ipang, “Kemarin kita tidak bisa bedain, tiba-tiba ada satu kawan membuat gambar AI ada Joe Biden mandi di Labuan Bajo dan Xi Jinping minum es kelapa. Nggak ada yang tahu ternyata itu buatan AI. Kita mikirin 2045 kok jauh. Nah, ini di depan mata, kira-kira kita 5 tahun ini mau ngapain? Menurut saya, itu jauh lebih penting 5 tahun ke depan.
“Bayangkan, dengan hadirnya AI ini, itu yang kena imbas banyak. Kita antisipasinya seperti apa? Pondok ini kira-kira apa yang bisa dilakukan?” tanyanya kepada hadirin.
Lanjutnya, “Kedua ,adalah kita menyikapi adanya bonus demografi. Ini imbas dari kerja saya di Menko Perekonomian dan ini menjadi isu yang sangat penting. Ini pisau bermata dua. Bonus demografi itu hanya terjadi di 2020 hingga 2038. Usia produktif lebih banyak dari yang tidak produktif. Tapi, kalau kita tidak bisa memanfaatkan, melewati tahun 2038, kita akan hanya menjadi negara yang isinya orang tua dan miskin. Ini fatal,” ucap pria lulusan The Art Institute of Seattle ini.
“NU, Pesantren Tebuireng, ini bisa berpartisipasi. Korea Selatan dan Indonesia pada tahun 1972 sama-sama pendapatan perkapitanya 240 USD. Sekarang, perkapita Indonesia 4000 USD, tapi Korsel 35000 USD. Karena Korsel berhasil memanfaatkan bonus demografi. Singapura juga berhasil. Brazil yang tidak berhasil. Afsel itu tidak berhasil. Makanya, sekarang pengangguran terbesar itu tingkat usinya di milenial. Nah, ini kita (Indonesia) bisa berpotensi (gagal) itu. Ini tidak bercanda,” katanya.
Di samping itu, kenapa Korsel itu sukses karena mereka meningkatkan kualitas sumber dayanya. Kemudian, industri yang berbasik stamp. Contohnya K-pop, elektronik, otomotif. Nah, Korea kuatnya di situ. Kita basisnya apa nantinya? Basis koplo ‘kan bisa. Itulah competitive advantage Indonesia. Jangan salah, lagu koplo kita itu paling populer di Tik Tok seluruh dunia.
Sedangkan, di pesantren, Gus Ipang menyebutkan, “Core kita di dakwah. Dakwah saja yang kekinian. Bicara transformasi Pesantren Tebuireng, 5-10 tahun ke depan kita mau ngapain? Kalau saya bilang, Pesantren Tebuireng harus menjadi Centre of Excellence, dunia dan akhirat. Kalau selama ini kita fokus pada akhirat, menurut saya akhirat itu dimulai dari perut yang kenyang,” ungkapnya.
Menurutnya, Pesantren Tebuireng harus menjadi ‘kawah candradimuka’ bagi santri yang bukan hanya paham masalah akhirat, tapi juga masalah keduniawian. Karena kalau tidak dibekali itu, yang ada adalah lulusan dari pesantren tapi ‘nyolong’ juga. Itulah yang harus dibekali bagi santri. Ini jadi sangat manusiawi dan relevan. Itu masih bisa diwujudkan.
“Karena Pesantren Tebuireng Trensains yang tadinya saat awal berdiri banyak yang mengkritik. Apalagi kerjasama dengan orang Muhammadiyah, sekarang menjadi prestasi. Kalau saya membayangkan Trensains sudah belajar AI, bisa. Koding dari tingkat SD. Kalau kita memilih Trensains sebagai tempatnya pesantren berbasis IT, itu akan menjadi relevan karena dasarnya sudah ada. Itu salah satu opsi. Itu kan masalah kekhasan. Kira-kira core value yang kita punya apa? Dan itu sangat memungkinkan sekali (diwujudkan),” imbuh Gus Ipang.
Di samping itu, Gus Ipang juga mengatakan, “Kalau Unhasy mau fokus kewirausahaan. Saya kira itu sangat relevan. SMK Multimedia, kalau kita kuatkan lagi, seperti di Kudus, lulusannya 100 persen terserap industri. Saya ngobrol dengan lulusan di sana langsung kerja di hotel gajinya 17 juta perbulan. Lulusan SMK. Artinya, kalau SMK digarap serius itu luar biasa,” tandasnya.
Menggapai capaian transformasi itu harus punya analisis. Gus Ipang menyebut, “Goal-nya apa? Positioning di mana? Fokusnya ke mana? Bagaimana strategi mencapainya? Mau jadi apa? Relevansi market-nya apa? Plan-nya bagaimana? SDMnya bagaimana? Sarana dan prasarana bagaimana? Finansial plan-nya seperti apa? Masuk ke rencana jangka panjang, menengah, pendek,” paparnya.
“Ingat, cara berdakwah kini berubah banyak, dan akan berubah lagi kedepan. Kenapa saya ngomongin dakwah? Karena saya yakin, jika diambil satu kata dari Mbah Hasyim adalah dakwah. Tinggal masalah caranya saja,” pungkasnya.
Pewarta: Sutan Alam Budi
Baca Juga: Gus Ipang Ungkap Transformasi Pesantren Tebuireng