tebuireng.co – Generasi muda punya peran besar di dunia modern. Ketua Program Doktoral Kajian Stratejik dan Global SKSG Universitas Indonesia (UI) Dr Ahmad Hanief Saha Gafur menjelaskan Arab spring di Timur Tengah digerakkan oleh generasi muda yang sudah terbuka karena internet.
Pernyataan ini disampaikannya saat “Bedah Buku: Timur Tengah Pasca-Arab Spring: Pergulatan Kultural, Ekonomi, Politik, dan Terorisme di Kawasan Paling Bergejolak di Dunia”, Rabu (15/9).
Arab Spring merupakan sebuah istilah politik yang menggambarkan gelombang gerakan revolusioner di sejumlah negara Timur Tengah pada sekitar tahun 2011.
Rakyat Arab sendiri menyebut Arab Spring sebagai al-Tsaurat al-Arabiyah, yaitu revolusi yang akan mengubah tatanan masyarakat dan pemerintahan Arab menuju ke arah ideal. Seperti di negara Mesir dan Tunisia,
“Arab spring yang digerakkan anak muda yang tidak ingin ada sekat-sekat mazhab, suku dan golongan. Ingin terbuka dan demokratis. Namun, rezim masa lalu sangat kuat. Mengakar,” jelasnya.
Ia menambahkan, pasca Arab spring, dinamika politik Timur Tengah mulai berubah. Semisal, diplomasi kerajaan Arab Saudi yang terkenal tegang dengan Iran dan Yaman kini mulai dibuka kembali. Meskipun belum dibuka seluruhnya.
Kerajaan Arab Saudi dengan Qatar juga mulai kerjasama dalam media. Arab Saudi dengan Yaman mulai bicara keamanan dalam negeri Yaman. Ini menarik untuk diamati ke depannya. Arab spring juga memberikan dampak ketakutan kepada penguasa yang sudah mengakar.
Dampak lain Arab spring, ada sikap politik Arab Saudi yang bersifatnya mendua. Semisal Arab Saudi, keras pada internal, ada kegiatan mengarah ke ekstrim sedikit maka hilang. Dihajar luar biasa. Di lain pihak, intel Arab Saudi main dua kaki, keras pada golongan aliran ekstrim di dalam negeri tapi di luar negeri merawat dan mensupport kelompok ekstrim di luar negeri.
“Politik Timur Tengah satu sisi perlu didorong agar masyarakat sipilnya untuk menuju kebebasan dan demokrasi,” tambahnya.
Hanif Saha Ghafur menambahkan, salah satu yang menginspirasi generasi muda untuk bergerak karena melihat perkembangan sains di Islam pada abad 7-13. Saat itu, sains sangat berkembang pesat. Produksi dan reproduksi buku sangat masif.
Abad ini merupakan zaman keemasan dan berpengaruh pada umat Islam selanjutnya. Kejayaan umat Islam terjadi juga saat orang Islam ekspansi ke Spanyol. Karya intelektual Islam dapat dilihat dari Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Farabi.
“Kemudian, Islam mundur karena banyak faktor. Salah satunya karena penjajahan yang anti ilmu pengetahuan. Terus berlanjut pada campur tangan Asing yang ingin menguasai sumber-sumber daya alam. Tokoh intelektual ini menginspirasi tokoh Eropa di kemudian hari,” imbuhnya.
[Tweet “Generasi Muda Iran”]
Sementara itu, Alumni University of Tehran Siti Fatimah, menjelaskan pemuda modern Iran memiliki cara respons berbeda dalam melihat Iran setelah revolusi Iran 1979.
Hal ini dikarenakan, setelah revolusi, negara Iran menerapkan syariat Islam. Semisal kewajiban jilbab bagi perempuan, meskipun bukan Islam. Sebuah fenomena yang ditentang oleh sebagian generasi muda. Peran ulama juga memiliki panggung yang istimewa di Iran.
Secara umum, Iran mengalami perubahan cukup besar setelah adanya revolusi. Iran juga memiliki peran strategis di kawasan Timur Tengah. Generasi muda Iran banyak yang memprotes negaranya yang terlalu loyal pada negara lain.
“Ada satu perlawan dari kaum muda terkait aturan jilbab, di hari tertentu mereka serentak melepas jilbab sebagai bentuk perlawanan,” katanya.
Terkait sanksi embargo di Iran, Fatimah mengatakan sikap masyarakatnya terpecah. Baik kelompok konservatif maupun modernis. Namun, tujuannya sama ingin kesejahteraan masyarakat. Titik temunya tidak ingin campur tangan asing.
Presiden Ahmadinejad perwakilan konservatif. Umumnya masyarakat Iran tetap optimis dan menganggap sanksi Amerika Serikat itu tidak ada. Mereka optimis akan bisa melewati proses ini.
Sebenarnya, meskipun di embargo, produk-produk Amerika Serikat banyak masuk ke Iran. Orang Iran juga banyak bolak balik ke Amerika Serikat.
“Anak muda Iran juga gaul. Tetap ada party, meskipun ilegal. Beberapa orang yang tidak suka dengan model pemerintahan Iran, mereka lari ke luar negeri. Mulai melepas jilbab dan ada juga yang pindah agama,” tandasnya.