Homesick adalah perasaan rindu yang sedang dialami seseorang karena jauh dari rumah dan keluarga sebab berada di lingkungan baru atau asing. Hal ini seringkali dialami oleh anak rantau, entah karena belajar di pondok pesantren, kuliah di luar kota atau bahkan karena faktor bekerja. Bagaimanakah fenomena homesick dikaji dalam perspektif hadis?
Perasaan rindu datang karena adanya cinta, rindu kepada lingkungan rumah pun juga demikian. Rasulullah dikenal sebagai sosok yang amat mencintai Kota Makkah sebagai tempat kelahirannya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا الْفُضَيْلُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ وَأَبُو الطُّفَيْلِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Musa Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Al Fudhail bin Sulaiman dari Abdullah bin Utsman bin Khutsaim, telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Jubair dan Abu Ath Thufail dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda kepada kota Makkah, “Alangkah bagusnya dirimu wahai Makkah dan alangkah cintanya diriku terhadap dirimu, seandainya kaumku tidak mengeluarkanku darimu, niscaya saya tidak akan bertempat tinggal melainkan di selain tanahmu.”
Kecintaan Rasulullah terhadap Kota Makkah juga terlihat dalam doa yang beliau panjatkan ketika berada di Madinah.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَمَا حَبَّبْتَ إِلَيْنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
Artinya: “Dari Aisyah radhiallahu’anha dia berkata, Nabi ﷺ bersabda, “Ya Allah, berilah kecintaan kami terhadap Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi.”
Dalam Kitab Syarah Az-Zarqani Ala Mawahib Laduniyah karya Muhammad Az-Zarqani terdapat cerita mengenai kerinduan Rasulullah terhadap Kota Makkah. Suatu ketika terdapat sahabat salah seorang sahabat bernama Ashil al-Ghifari yang baru saja datang dari Makkah. Setibanya di Madinah, ia berkunjung ke rumah Rasulullah.
Rasulullah pun bertanya perihal keadaan Makkah, lalu sahabat tersebut menjawab “Aku melihat Makkah subur wilayahnya, bening aliran sungainya, banyak tumbuh idzkirnya (nama sejenis pohon), tebal rumputnya, dan ranum salamnya (sejenis tanaman yang biasa digunakan untuk menyamak kulit),”
Rasulullah pun menghentikan cerita sahabat tersebut dan berkata “Cukup wahai Ashil. Jangan kau buat kami bersedih”. Kerinduan terhadap Kota Makkah membuat Rasulullah merasakan kesedihan ketika mendengar ceritanya.
Oleh karena itu, perasaan rindu terhadap lingkungan rumah baik keluarga dan teman merupakan hal yang wajar. Seperti yang biasa terjadi di pesantren. Fenomena homesick tidak lagi menjadi hal yang tabu utamanya bagi santri baru. Proses adaptasi dengan segala kegiatan, teman, dan lingkungan yang baru membuat mereka sering mengalami hal demikian.
Perasaan rindu tersebut biasanya akan dituangkan dengan cara menangis. Meski terlihat sederhana, seseorang yang mengalami homesick butuh didampingi. Sebab apabila dibiarkan dampaknya bisa menjadi lebih besar seperti bisa menyebabakan demam, disentri, berat badan menurun, gangguan jantung, dan sulit tidur.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran asal Swiss menyebutkan bahwa homesick bisa digolongkan sebagai sebuah penyakit. Sebab, selain mempengaruhi kesehatan fisik, homesick juga bisa berdampak buruk pada kondisi psikologis seseorang.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Diantara cara mengatasi homesick adalah meyakini bahwa situasi untuk jauh dari lingkungan rumah adalah yang terbaik. Jika melihat pada sikap Rasulullah dalam hadis diatas, beliau tetap berusaha menjalani situasi untuk hijrah ke Madinah dengan sepenuh hati sebab hal tersebut adalah perintah Allah yang mana beliau meyakini bahwa segala takdir dari Allah adalah yang terbaik. Bahkan meski baliau harus meninggalkan Makkah, kota yang sangat dicintainya.
Cara lainnya adalah meyibukkan diri dengan hal-hal positif. Hal ini sangat direkomendasikan sebab menyibukkan diri terhadap hal positif seperti mengaji, belajar, bergaul dengan teman bisa mengalihkan perasaan rindu yang sedang dialami. Meski homesick dipandang wajar, namun bila terus membiarkan diri larut dalam perasaan tersebut bisa menimbulkan kemudharatan. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah disebutkan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Tanda dari baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”