Pembahasan mengenai parenting memang tidak ada habisnya, memang sejatinya orang tua bukanlah seorang yang sempurna dalam mendidik anak, salah satu masalah terkait parenting adalah fatherless. Bahkan isu fatherless ini terdapat data yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam negara urutan ketiga didunia meskipun data ini masih diragukan.
Fatherless memang hal yang masih terbilang asing di masyarakat Indonesia. Fatherless bukan merupakan bagian dari Anak Yatim yang tidak memiliki Ayah tapi fatherless adalah kekurangan figur kepengasuhan ayah meskipun sebenarnya sosok ayah masih ada.
Fatherless disini seperti sosok pengasuhan ayah masih minim dan didominasi oleh seorang ibu. Biasanya terjadi beberapa faktor, salah satunya karena kesibukan ayah yang banyak bekerja. Selain kesibukan bekerja salah satu budaya patriarki di Indonesia masih melekat. Budaya patriarki ini seringkali menempatkan wanita yang lebih bertanggungjawab atas pengasuhan anak. Padahal seharusnya mengasuh anak bukan hanya ibu tetapi juga ayah yang dimana juga memiliki kontribusi tak kalah penting.
Akibat dari adanya fatherless ini membuat beberapa anak hingga bunuh diri. Di negara Finlandia anak yang kekurangan figur ayah berasal dari permasalahan pernikahan terlibat tindakan kriminal dan di Australia anak-anak ini harus mengalami kehidupan dalam kemiskinan.
Dampak fatherless ini dari sisi psikologis yang dirasakan anak juga banyak, mulai dari kesepian, kecemburuan, rendah diri, mudah marah, rasa malu, dan emosi yang sulit dikontrol.
Anak yang tumbuh dengan ayah yang optimal cenderung memiliki hidup secara fisik dan psikis yang lebih baik. Terkait hal ini juga anak menjadi lebih merasa aman dengan adanya sosok ayah, percaya diri, dan bahagia. Memang ayah memiliki kesibukan yang tak bisa dihindarkan seperti mencari nafkah untuk keluarga namun seorang ayah juga harus menyadari bahwa waktu berkembangnya anak tak terjadi dua kali.
Sebisa mungkin seorang ayah dapat menjadi orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan dasar anak tidak hanya kebutuhan materi tetapi juga fisik dan rohani, mungkin dari ini bisa dimulai dengan hal sederhana seperti menemani bermain, menghabiskan akhir pekan, menasihati anak, dan aktivitas keluarga yang lainnya.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Resep Membangun Keluarga Sakinah