Pakar hadis dari Ma’had Darus Sunnah Ciputat Jakarta, Dr Ubaydi Hasbillah menjelaskan tiga fase pembelajaran ilmu hadis.
Hal ini disampaikannya saat Workshop Kurikulum Madin Kelas Peminatan (ulumul hadis), Selasa (9/11/21). Acara tersebut berpusat di Ma’had Al-Jami’ah Darul Hikmah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Jawa Timur.
Acara tersebut juga diisi oleh Dr Abbas Sofwan dari Ma’had Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Acara ini diikuti puluhan peserta dari berbagai kalangan.
Fase pembelajaran ilmu hadis dapat ditempuh: pertama Internalisasi nilai-nilai hadis kenabian dengan kitab Syamail Muhammadiyyah.
Kedua, kajian teoritik ilmu hadis dengan kitab Imdadul Mughits. Ketiga, pemahaman praktik penyusunan produk juzu’, dengan kitab Ushulut Takhrij wa Dirasat Al-Asanid.
“Keempat, penyusunan produk juzu’, dengan contoh kajian Riyadush Sholihin. Beberapa materi yang dipandang parsial dapat diberikan dalam bentuk shortcourse/modul,” jelas dosen Mahad Aly Hasyim Asyari ini.
Selain itu, Dr Ubaydi Hasbillah menjelaskan trilogi ilmu hadis, berdasarkan sabda nabi:
نضر الله امرءا سمع مقالتي فوعاها ثم أداها كما سمع
Doktor Ubayd menambahkan tiga dasar ini yang dapat menjadi dasar pembelajaran ilmu hadis. Kemudian ada beberapa tingkatan/level pembelajar ilmu hadis yakni: Rawi, Musnid, Muhaddits, Hafidz, Hakim, Hujjah, Amirul Mu’minin fil Hadis.
Baca Juga: Pakar Hadis Indonesia
Ilmu hadis muncul sejak masa Rasulullah SAW dan perhatian para sahabat terhadap hadis atau sunnah sangat besar. Demikian juga perhatian generasi berikutnya seperti Tabi’in, Tabi’ Tabi’in, dan generasi setelah Tabi’in.
Mereka memelihara hadis dengan cara menghapal, mengingat, bermudzakarah, menulis, menghimpun, dan mengodifikasikannya ke dalam kitab-kitab hadis yang tidak terhitung jumlahnya.
Akan tetapi, di samping gerakan pembinaan hadis tersebut, timbul pula kelompok minoritas atau secara individual berdusta membuat hadis yang disebut dengan hadis mawdhû’
“Ada tiga tahapan proses suatu penerimaan dan pembelajaran hadis, yakni mendengar hadits, menginternalisasinya, lalu menyebarkannya,” kata Doktor Ubayd.
Sementara itu, panitia pelaksana kegiatan workshop Ahmad Sholihuddin kegiatan ini diikuti berbagai kalangan.
“Acara ini diikut pengelola Ma’had Al-Jami’ah IAIN Kediri, pembina santri dan tenaga pengajar Ma’had Al-Jami’ah,” jelas penanggung jawab acara,
Menurutnya, acara ini bertujuan menyusun struktur kurikulum ulumul hadis dan ulumul Quran. Kemudian menentukan target pembelajaran (capaian pembelajaran) selama 2 tahun mukim di asrama Ma’had sesuai target minimal dan maksimal.
“Kita berharap mahasiswa-mahasiswi IAIN Kediri kelak memiliki dasar ilmu hadis yang kuat dan bisa menajdi bekal dakwah,” tandasnya.