Jahiliah atau kebodohan merupakan sumber kezaliman yang paling fundamental, baik bodoh ketidaktahuan akan satu hal maupun bodoh karena menolak kebenaran sebab takut kepentingan pribadi menjadi terancam. Sudah familiar di telinga pengkaji keislaman bahwa jahiliah ini yang ditentang oleh ajaran Baginda Rasulullah Saw.
Beda mahasiswa yang mendapatkan beasiwa dan tidak, tiada lain dilatarbelakangi oleh pengetahuan. Apakah sebaran informasi telah sampai pada pemburu beasiswa atau belum? Apakah yang mendapatkan informasi tidak takut peluangnya menjadi terancam gegara meneruskan informasi? Apakah mendapatkan strategi jitu memenuhi persyaratan yang diminta atau belum? Apakah yang mengerti tips dan trik mau berbagi tanpa takut peluangnya tergusur? Apakah sarana prasarana untuk memenuhi persyaratan didapati atau belum? Semua persoalan pengetahuan, mengetahui atau tidak, kepentingan terancam atau abai. Selain minat untuk terus melanjutkan belajar.
Mengunduh bantuan kesehatan bagi masyarakat awam, terutama orang tua yang gagap perkembangan zaman dengan latar belakang pendidikan kurang mumpuni, tentu membingungkan. Serasa pemerintah dan prosedur kesehatan tidak berpihak pada orang miskin. Kasusnya, mereka baru mengurus Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) ketika keluarga sedang dirawat inap. Sebelumnya abai. Bisa jadi, pemegang tanggung jawab pendataan lebih memprioritaskan keluarga dan orang terdekat daripada berupaya adil mendata penduduk yang memang membutuhkan bantuan kesehatan ketika program diluncurkan. Lagi-lagi, mempertahankan kepentingan, jahiliah yang takut eksistensinya tergusur dan berpihak pada orang-orang tertentu.
Lembaga bantuan sosial pun tidak memasang iklan atau menawarkan jasa yang mereka canangkan dalam program di rumah sakit. Boleh jadi, program yang mereka miliki masih banyak dan bervarian daripada harus habis dalam satu program bantuan operasi satu pasien tidak mampu secara finansial. Takut dana yang dikumpulkan lembaga habis seketika, padahal memang pengepulan dana harus habis didistribusikan, atau tentu yang lebih prioritas adalah para pegawai pengepul dana bantuan ketimbang operasi satu dua pasien tidak mampu. Salahkan “ketidaktahuan” bagaimana cara mengetuk pintu lembaga bantuan sosial.
Ketidaktahuan atau kebodohan dilatari oleh kekalahan (al-‘ajz) oleh nafsu dan kemalasan (al-kasl). Nafsu yang mendorong seseorang berbuat zalim, membendung informasi beasiswa, menyumbat tips dan triks meraih kesempatan pendidikan, nafsu tamak ingin memiliki semua sendirian tanpa berbagi. Ia kalah dan lemah mengalahkan nafsu tersebut. Bisa juga kalah melawan nafsu untuk mengembangkan diri lebih baik dan memilih kesenangan semu, kalah melawan nafsu untuk berubah ke arah positif dan lebih memilih fatamorgana dunia.
Dukungan malas (al-kasl) terhadap kelemahan (al-‘ajz) menjadi sangat kuat. Malas untuk mencari cara meraih kesehatan, tidak optimal berburu beasiswa atau melanjutkan pendidikan secara mandiri, kurang sungguh-sungguh dalam mendongkrak kebaikan diri menjadi lebih baik. Sehingga, untuk menutupi kekalalahan perang melawan nafsu dan kedigdayaan rasa malas, maka harus ada yang dikambinghitamkan. Pemerintah harus salah, administrasi kurang sosialisasi, kebijakan tidak merata dan adil, lebih berpihak ke atas dan tidak ke bawah.
Rakyat kecil harus salah karena malas bekerja dan kurang sungguh-sungguh dalam memperbaiki pola kehidupan, tidak memperbaiki jenjang pendidikan, kalah melawan nafsu mereka untuk memilih hidup nyaman ala kadarnya dan mengabaikan kebaikan generasi yang akan mereka tinggalkan sebagai pewaris dan penerus. Saling menyalahkan adalah kunci untuk menutupi kekalahan masing-masing melawan nafsu dan kemalasan. Warisan jahiliah ini meski sudah diperangi dari dulu, akan tetapi tidak akan pernah tuntas. Roda kehidupan masih terus berjalan, karena keduanya bersemayam dalam diri masing-masing individu, jihādul akbar.
Jahiliah atau kebodohan merupakan sumber kezaliman yang paling fundamental. Oleh karenanya, Baginda Rasulullah Saw mewariskan doa yang tidak boleh dilupakan oleh umatnya sebagai langkah gerakan minimalis, agar tidak terjadi klaim kezaliman sedang menjadi fakta.
…اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari papah dan malas…”
Baca Juga: Menghafal al-Qur’an untuk Beasiswa?