tebuireng.co – Wakil Gubenur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengupas tentang nilai apa yang harus dipertahankan santri di era milenial ini sebagai manifestasi dari semangat juang Resolusi Jihad yang lahir di tengah-tengah santri.
Emil mengungkapkan bahwa santri merupakan kader generasi yang tangguh dan berani dengan sifat kesantriannya. Kehidupan dengan tradisi yang sangat beradab membentuk identitas santri dengan eksisitensinya yang kuat.
Hal tersebut disampaiknanya dalam seminar nasional bertemakan, “Refleksi Sejarah Resolusi Jihad untuk Kaum Muda Milenial,” di Gedung Yusuf Hasyim lantai 3 Pesantren Tebuireng, Selasa (9/11/2021).
Etika belajar yang dimiliki seorang santri merupakan upaya internalisasi nilai-nilai yang dipelajari, karena dalam belajar bukan hanya perihal mengingat atau sekedar memahami, tapi juga menginternalisasikannya dalam jiwa.
“Esensi santri bukan hanya apa yang dipelajari, tapi apa yang dijalani,” katanya.
Menurutnya, keagamaan santri memberikan sebuah grading principle yang relevan dalam setiap zaman.
Semangat dan ketangguhan santri sama, tapi manifestasinya berbeda pada setiap era. Pada masa kolonial, hal ini melatar belakangi santri berjuang dengan berani membela kemerdekaan bangsa dengan resolusi jihad.
“Di era milenial, kontinuitas dari semangat ketangguhan santri adalah menyatukan perbedaan yang dimiliki bangsa, tidak bertitik fokus pada perbedaan saja,” imbuh Emil Dardak
Emil Dardak menjelaskan Indonesia dibangun bukan sekedar entitas geografis dari Sabang sampai Merauke, bukan pula dibangun dari kesamaan suku, bangsa, dan bahasa, akan tetapi Indonesia dibangun atas sebuah konsepsi sebagai bukti pada dunia bahwa pada saat ada tujuan besar rakyat berani mengorbankan ego kesukuan, kebahasaan, maupun keagamaan.
Emil Dardak bersama istri, Arumi (ist)
Satu tujuan bahwa kebersamaan dalam membangun sebuah negara dapat membawa masyarakat menuju tatanan yang lebih baik, dibandingkan berada di bawah kolonial asing.
“Kita percaya bahwa di mana kita lahir, maka disitulah kita berhak untuk self-deferent tapi kemudian kita melepas ego kedaerahan untuk menjadi satu,” ungkap Emil Dardak.
Lebih lanjut Emil mengingatkan tantangan generasi zaman dulu adalah mengisi pembanguanan kemerdekaan, tapi bagi generasi meilenial di zaman sekarang adalah menghindari terjadinya silent majority.
Maksudnya, keberadaan mayoritas yang memilih diam terhadap sebuah peristiwa, tanpa berperan menyuarakan perubahan atau pergerakan menuju arah yang lebih depan.
Generasi Milenial yang merupakan Distracted generation, generasi yang gampang teralihkan dengan adanya telfon pintar, tidak seperti dulu ketika hiburan hanya sebatas siaran televisi, pun dibatasi dengan hal-hal yang mungkin tidak menarik perhatian.
“Di samping hal itu, Indonesia membutuhkan pemuda yang memperdulikan kemajuan peradaban bangsa dan negaranya,” tandas Emil Dardak
Jurnalis: Himmayatul Husna