tebuireng.co- Menurut Habib Ahmad Mujtaba, terdapat dua kunci dalam menyikapi perbedaan yang bisa diterapkan oleh seluruh umat manusia pada umumnya. Hal tersebut sebagaimana dikutip dalam kanal Youtube Muwasholah TV. Ahad, 25/06/23.
Manusia diciptakan Allah dengan berbeda bangsa dan suku, hidup dengan berbeda latar belakang tentunya juga akan melahirkan keberagaman dalam pikiran dan pendapatnya. Pada dasarnya, semua perbedaan yang tumbuh dalam berbagai sisi kehidupan manusia bertujuan untuk mengiring mereka untuk saling mengenal. Dalam Al-Quran disebutkan
يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيم خبير
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti. (Q.S. Al-Hujurat :13)
Perbedaan merupakan hal yang lumrah terjadi. Dalam kehidupan sosial, perbedaan menjadi suatu hal yang adanya tak bisa disangkal. Sehingga untuk menjadikan keberlangsungan kehidupan sosial tetap berjalan secara harmonis meski terdapat berbagai perbedaan yang tak kunjung habis, maka masyarakat harus belajar untuk menyikapinya dengan baik.
Sebab tidak jarang dengan kurangnya perhatian untuk belajar menyikapi perbedaan menjadikan tatanan kehidupan sosial menjadi rusak hanya karena sebagian dari masyarakatnya asal mengambil keputusan tanpa pikir panjang, yang mana hal tersebut bisa menimbulkan dampak buruk terhadap banyak orang.
Menurut Habib Ahmad Mujtaba, dua sikap yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi perbedaan yang pertama adalah hadapi dengan bijaksana. Hal tersebut sangat penting karena dengannya, seseorang lebih bisa menilai sesuatu tanpa melibatkan hawa nafsu. Sehingga bagaimanapun perbedaan yang terjadi tidak akan menimbulkan perpecahan yang mana dalam banyak situasi, perpecahan merupakan suatu kejadiannya keberadaannya tidak pernah diharapkan.
Sikap kedua dalam menghadapi perbedaan adalah membekali diri dengan ilmu. Yakni seorang yang menghadapi perbedaan dan hendak mengomentarinya maka sebaiknya ia mencukupkan dirinya dengan ilmu. Apabila seorang menghadapi suatu perbedaan namun tidak memiliki ilmu yang cukup untuk menemaninya berkomentar, maka hendaknya ia diam.
Sekretaris Umum Majelis Al-Muwasholah tersebut kemudian mengutip pepatah yang mengatakan bahwa seorang dokter yang kurang belajarnya maka ia bukan lagi menyembuhkan tapi bisa membunuh orang. Sama halnya seperti seorang pelajar yang belum sempurna ilmunya maka ia akan memberi fatwa dengan banyak mengubah hukum-hukum.
Pada dasarnya setiap perbedaan akan membawa rahmat dan kebaikan apabila disikapi dengan baik. Seperti yang disebutkan dalam hadis.
اختلاف أمتي رحمة
“Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat.”
Demikian penjelasan mengenai sikap yang bisa diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi perbedaan menurut Habib Ahmad Mujtaba bin Shahab. Wallahua’lambissjowab.
Baca juga: Mengelola Perbedaan Pendapat