Sukses dalam belajar merupakan impian semua orang. Pasalnya, biaya belajar yang tinggi serta butuhnya pada waktu yang panjang bisa menjadi salah satu alasan mengapa orang yang sedang belajar menjadikan kesuksesan sebagai impian. Dr. Achmad Roziqi menyebutkan empat langkah yang harus ditempuh oleh pelajar supaya mendapat kesuksesan yang ia inginkan. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Penutupan Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA) Pondok Putra Pesantren Tebuireng yang dilaksanakan di masjid Pesantren Tebuireng, Sabtu (06/07/2024).
“Santri harus mencintai majelis ilmu,” paparnya. Hal itu disampaikan dengan pertimbangan bahwa kegiatan utama santri adalah belajar. Selain itu, pria yang akrab dipanggil dengan Kiai Roziqi ini juga merujuk salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam riwayat tersebut disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. mendapati beberapa kelompok sahabat dengan kegiatan ngaji al-quran yang dilanjut dengan membaca do’a dan kelompok sahabat yang melaksanakan belajar-mengajar di masjid, Rasulullah Saw. memilih kelompok sahabat yang melakukan kegiatan belajar-mengajar.
Alumni Tebuireng yang kini sedang menjabat sebagai mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari tersebut juga mengingatkan, bahwa majelis pengajian yang ditentukan berdasarkan kemampuan santri harus diterima dengan gembira. Sebab, pengelompokan tersebut dilakukan dengan pertimbangan supaya santri bisa belajar dengan maksimal.
Kedua, memuliakan dan menghormati guru. Masih tidak lepas dari hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, memuliakan guru adalah karena Rasulullah Saw. dengan jelas mendeklarasikan dirinya sebagai guru. Mengenai kriteria guru, Kiai Roziqi mendefinisikan bahwa guru adalah orang yang mengajarkan tentang pengetahuan baik banyak maupun sedikit.
Ketiga, tidak lepas dari ingatan terhadap orang tua. Dengan mengingat orang tua, santri akan bisa lebih hati-hati dalam bertingkah serta semangat dalam belajar. Berangkatnya seorang santri ke pondok juga tidak lepas dari tugas orang tuanya. Di atas pundaknya, ia mengemban amanah belajar dari ayah-ibunya. Dalam hal ini, Kiai Roziqi mengajak santri supaya menjadikan dirinya seperti nabi Isma’il yang senantiasa ta’at akan perintah ayahnya, yakni nabi Ibrahim. Keta’atan nabi Isma’il bahkan bisa dikatakan sebagai tingkatan tertinggi. Sebab ia berkenan disembelih demi menunaikan perintah oleh ayahnya.
Terakhir, mentautkan segenap proses belajar dengan Allah. Artinya, kita senantiasa optimis dan pasrah terhadap ketentuan Allah terhadap kita. Karena sebagai hamba, semua yang menimpa kita tidak lepas dari kehendak-Nya. Tugas guru adalah mentransfer ilmu. Sedang yang memutuskan sukses atau tidaknya transfer ilmu tersebut adalah Allah Swt. “Tidak ada ilmu yang masuk, tidak ada yang bisa kita pahami, kecuali dengan kehendak Allah,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Ijazah Hadis Musalsal Mbah Hasyim