tebuireng.co- Hidup di daerah tropis khususnya di Indonesia akan mengalami dua musim, musim hujan dan musim kemarau. Prediksi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) menyebutkan bahwa selama bulan Juni 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi hujan dengan kriteria rendah (0 – 100 mm). Sedangkan di bulan Juli-Desember, diprediksi akan mengalami hujan dengan kriteria tinggi (300 – 500 mm). Menyikapi hal ini, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim ketika turun hujan?
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita bagaimana sikap seorang muslim ketika berada dalam kondisi hujan. Nabi mengajarkan kita untuk berdoa ketika hujan turun, dan berdoa pula jika hujan belum turun atau dalam musim kemarau.
Doa Ketika Turun Hujan
في هذا الحديث بيان الذكر الذي يقال عند نزول المطر، فقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رأى المطر نازلًا يقول: “اللهم صيِّبًا نافعًا“، أي اسقنا أو اجعله صيبًا، وهو المطر الذي ينزل ويقع بثقل، لكثرة مائه، فدل على أنه نوع من المطر شديد هائل، ولذا تممه بقوله نافعًا صيانة عن الأضرار والفساد، أي مطرًا منهمرًا متدفقًا ينفع الأرض والثمر ولا يفسدهما.
Dalam sebuah hadis menerangkan bacaan/zikir yang dibaca ketika turun hujan. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat hujan turun, beliau bersabda: “Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat bagi kami”. Yaitu siramilah atau jadikanlah hujan bagi kami, hujan yang turun dengan deras karena banyaknya air. Ini menunjukkan bahwa hujan ini termasuk hujan yang lebat atau deras. Maka dari itu, Rasulullah menyempurnakan sabdanya dengan kata ‘bermanfaat’ agar menjaga dari kemadharatan dan kerusakan, yaitu hujan yang tercurah dan tertuang bermanfaat bagi bumi dan pohon, tidak merusak keduanya.
Doa Ketika Hujan Deras
Sebenarnya konteks hadis dalam doa ini ialah meminta turunnya hujan. Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan menjelaskan bahwa aktivitas ekonomi sedang tidak baik (harta benda rusak, jalan-jalan terputus) karena kemarau, ia meminta Nabi untuk mendoakan keadaan tersebut. Kemudian Nabi mengangkat kedua tangannya seraya berdoa:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا ولَا عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ علَى الآكَامِ والظِّرَابِ، وبُطُونِ الأوْدِيَةِ، ومَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan di atas kami. Ya Allah, turunkanlah hujan di atas bukit-bukit, hutan-hutan di gunung kecil, lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.”
Penjelas doa tersebut disebutkan:
وحَوَالَيْنَا؛ أي: قريبًا منا لا على نفس المدينة، و«لا علينا»: لا على المدينة نفسها التي خاف أهلها من كثرة الأمطار، و«الآكام»: الجبال الصغار، و«الظِّراب»: الروابي الصِّغار، وهي الأماكن المرتفعة من الأرض، وقيل: الجبال المنبسطة، والمعنى: بين الظِّراب والآكام مُتقارب، و«بطون الأودية»؛ أي: داخل الأودية، والمقصود بها مجاري الشعاب، و«منابت الشجر»: الأمكنة التي تكون منبتًا للشجر
“‘Sekitar kami’ maksudnya yang dekat dari kami bukan di atas kota Madinah, ‘Bukan di atas kami’ ialah bukan di atas kota Madinah yang penduduknya khawatir akan hujan deras. ‘Bukit’ ialah gunung kecil, ‘hutan’ hutan di gunung kecil yakni tempat yang agak tinggi di bumi. Dikatakan gunung dengan tanah datar, artinya jarak keduanya dekat. ‘Lembah’ yakni celah/lembah kecil di antara dua gunung. ‘Tumbuhnya pohon’ ialah tempat-tempat yang ditumbuhi pohon.
Maka secara tersirat, doa ini mengisyaratkan bahwa meskipun di kota Madinah membutuhkan turunnya hujan, tetapi bukanlah hujan yang lebat. Dan Nabi memohon agar hujan deras tersebut dilimpahkan di bukit, gunung, lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan. Jadi ketika turun hujan deras, dianjurkan untuk membaca doa ini. Kesimpulannya, kita sebagai hamba Allah tidak mempunyai otoritas dalam mengatur hujan, secara etika kita hanya dianjurkan untuk berdoa memohon agar Allah memberikan yang terbaik, dan menjaga kita dari mara bahaya. Semoga bermanfaat.