tebuireng.co – Doa mengendalikan hawa nafsu ini diajarkan Rasulullah kepada sahabatnya untuk melawan dan mengendalikan hawa nafsu dalam diri manusia. Doa tersebut adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا. أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَ
“Ya Allah, anugerahilah nafsu dan jiwa kamu ketakwaannya, sucikanlah dan bersihkanlah ia (nafsu dan jiwa kami) karena Engkaulah yang terbaik membersihkan dan menyucikan jiwa. Engkaulah yang menguasai jiwa dan mampu memperbaiki jiwa kami (menuju kehadirat-Mu)
Dalam hadis yang lain, Rasulullah juga mengajarkan kita bagaimana mengendalikan hawa nafsu. Di antaranya adalah dengan berpuasa. Sebab, dengan itu, kita akan terhindar dari melakukan hal-hal yang menyesatkan.
Selain itu, kita juga bisa menghindarinya dengan melakukan aktivitas yang positif, berinteraksi dengan orang-orang yang membawa kepada kebaikan, serta memperdalam ilmu agama.
Kenapa hawa nafsu harus dikendalikan?
Seperti yang diketahui, manusia dikaruniai nafsu, yang membedakannya dengan Malaikat yang selalu taat. Manusia diuji dengan adanya nafsu tersebut. Pasalnya, manusia sendirillah yang harus bisa mengendalikan nafsu yang ada di dalam dirinya. Karena itulah, Rasulullah mengajarkan doa untuk mengendalikan hawa nafsu.
Saking berpengaruhnya nafsu terhadap kehidupan manusia, Rasulullah, dalam sebuah hadis, menuturkan sebuah analogi mengendalikan hawa nafsu seperti berperang. Hal itu menandakan betapa beratnya melawan nafsu yang bergejolak tersebut.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyuruh umatnya agar berjuang melawan nafsu.
“Berjuanglah untuk melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.”
Terkait bagaimana beratnya melawan hawa nafsu tersebut, seorang ulama dari Baghdad, Imam Al-Ajurri dalam kitabnya Adabun Nufus memberikan perumpamaan. Adapun perumpamaan itu diberikan untuk menjelaskan masalah nafsu tersebut.
Imam Al-Ajurri menjelaskan bahwa nafsu itu seperti anak kuda jantan yang sangat indah. Setiap orang yang melihatnnya pasti terkagum-kagum dengan keindahannya. Hingga kemudian seorang ahli kuda berkomentar.
“Kuda bagus ini tidak berarti sama sekali hingga ia dilatih dengan baik. Barulah dengan begitu ia bisa dimanfaatkan dengan baik, sehingga bisa digunakan untuk menyerang atau berlari kencang. Dengan itu pula penunggangnya akan merasa puas dengan hasil latihannya.
Namun, jika tidak dilatih dengan baik, maka keindahannya sama sekali tidak akan memberikan manfaat, dan penungganggnya tidak akan merasa puas menggunakannya.
Jika pemilik nafsu atau kuda ini memberikan perawatan dengan semangat baik dan paham keadaan, lalu kuda itu diserahkan kepada ahlinya. Namun, ia tidak akan memilih perawat kecuali orang yang memiliki kemampuan dalam merawat dan penuh kesabaran. Lalu kuda itu dirawat dengan baik, maka akan bermanfaat bagi pemiliknya.
Namun, jika perawat tidak memiliki pengetahuan dalam merawat, tidak paham tentang mengajari kuda, maka dia akan merusak anak kuda itu dan membuatnya lelah. Sehingga tidak ada komentar baik bagi orang yang menunggangnya.”
Kemudian Imam Al-Ajurri melanjutkan, ketika perawat memahami teknik merawat dan melatih kuda, hanya saja ia kurang sabar dalam menghadapi kesulitan, ia hanya suka bermain dan menunda apa yang telah menjadi tugasnya dalam melatih kuda, makai a akan merusak kuda tersebut.
Sehingga, kuda tersebut tidak bisa digunakan untuk menyerang atau berlari kencang. Begitulah nafsu diperumpamakan oleh Imam Al-Ajurri agar kita senantiasa memahami dan mampu mengendalikannya.
Nah, itulah doa dan upaya untuk mengendalikan hawa nafsu. Wallahua’lam.
Oleh: Dinna