teburieng.co – Doa ketika pertama haid penting untuk diketahui karena doa adalah senjata utama orang Islam. Doa juga menandakan bahwa seorang hamba butuh dengan Allah.
Seorang wanita disebut telah baligh ketika ia mendapati menstruasi atau haid. Adapun haidnya seorang wanita itu merupakan kifarat (tebusan) bagi dosa-dosanya yang telah lalu.
Oleh karena itu, hendaklah seorang wanita yang baru mendapati haidnya itu senantiasa berdoa dan memohon ampun pada Allah SWT.
الْحَمْدُللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
“Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah.”
Dengan membaca doa di atas, seorang wanita yang baru mengalami haid hari pertamanya akan dibebaskan oleh Allah dari siksa neraka. Bahkan Allah SWT akan mengangkat derajatnya seperti derajat 40 orang mati syahid apabila ia senantiasa berdzikir pada Allah semala masa haidnya.
Adapun perempuan haid pertama yang disaksikan Rasulullah SAW adalah masa haidnya Umayyah, seorang muslimah keturunan Abu Dzar Al-Ghifari. Ia merupakan seorang muslimah yang amat pemberani. Hal itu terlihat ketika masa perang Khaibar.
Ia merupakan seorang muslimah yang tanpa ragu bersyahadat dan meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya. Tak hanya itu, Umayyah pun rela menempuh perjalanan jauh demi bertemu sang idola, yakni Rasulullah SAW.
Tak hanya mengikrarkan syahadat di depan Rasulullah, ia pun telah berjanji akan membantu perjuangan dakwah Islam. Catatan sejarah menyebutkan bahwa Umayyah merupakan salah satu muslimah yang amat berani turun ke medan perang.
Seperti diceritakan dalam sebuah kisah, peristiwa haid ini terjadi ketika Umayyah bersama dengan beberapa wanita dari Bani Ghiffar menghadap Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, kami ingin keluar bersamamu ke Khaibar, kami ingin mengobati mereka yang luka dan menolong kaum muslim semampu kami,” ujar Umayyah dalam cerita yang dituturkan Ibnu Hisyam dalam buku Para Syuhada Wanita Khaibar dan Kisah Wanita dari Suku Giffar.
Ketika itu, usia Umayyah masih sangat belia. Bahkan, diriwayatkan bahwa ketika masa itu, ia belum baligh. Namun, karena keberaniannya, ia berangkat ke medan perang.
Dalam perjalanan, Rasulullah memboncengnya di atas kudanya. Hal itu menjadi suatu pengalaman jihad Umayyah yang tak pernah terlupakan.
“Demi Allah, pada saat Rasulullah SAW turun pada suatu pagi dari kendaraannya, ia menambatkan kudanya. Tiba-tiba menetes darah dariku di atas pelana kudanya. Itulah haid pertamaku. Saya benar-benar malu saat itu,” ujar Umayyah berkisah.
Melihat apa yang dialami Umayyah, beliau pun berkata, “Jangan-jangan kamu sedang haid?” Rasul pun memintanya untuk membersihkan diri dengan air bercampur garam.
Hal itu mengisyaratkan bahwa wanita haid harus senantiasa menjaga kebersihan dirinya, baik kebersihan badaniyah maupun ruhaniyah. Pasalnya, haid ini merupakan tanda seorang gadis telah mukallaf.
Artinya segala perilakunya di dunia ini sudah harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itulah, sudah sepatutnya kita senantiasa memohon ampun kepada Allah SWT.
Oleh: Dinna