tebuireng.co- Setelah menikah dan tinggal bersama istrinya, Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Mutthalib bersiap untuk melakukan perjalanan dagang ke Syam, sebagaimana kebiasaan di suku Qurays. Dan akhirnya perjalanan ini adalah perjalanan terakhir beliau sebelum wafat.
Firasat awal akan wafatnya Sayyid Abdullah sudah dirasakan oleh istrinya, yang bermimpi melihat bulan besar muncul, dan ada bulan kecil yang menghilang. Ketika Sayyidah Aminah menceritakan mimpinya itu, Sayyid Abdullah segera menghibur dan menenangkannya.
Dan ketika Sayyid Abdullah berpamitan untuk berangkat, perpisahan itu seakan adalah perpisahan terakhir mereka di dunia. Sayyid Abdullah kemudian bertanya kepada istrinya, “Wahai istriku, jika nanti aku tidak kembali bagaimana?”
“Suamiku, jika kau tidak kembali, maka aku akan tetap tenang, karena Allah selalu ada bersamaku.”
Di perjalan pulang dari Syam, Sayyid Abdullah mampir ke Kota Yatsrib untuk mengisi bekal, karena mereka kehabisan air, juga sekalian berkunjung kepada sanak keluarganya di sana. Akan tetapi, ketika akan melanjutkan perjalanan pulang ke Mekkah, Sayyid Abdullah jatuh sakit dan kemudian beliau tetap tinggal di Yatsrib untuk dirawat.
Ketika rombongan kafilah dagang sampai di Mekkah, Sayyid Abdul Mutthalib tidak melihat anak kesayangannya. Begitu tahu bahwa anaknya sakit dan dirawat di Yatsrib, Sayyid Abdul Mutthalib segera mengutus putra sulungnya, al-Harits untuk menjemput Sayyid Abdullah dan membawanya pulang ke Mekkah. Tetapi ketika al-Harits sampai di Yatsrib, ternyata Sayyid Abdullah sudah wafat dan dimakamkan.
Al-Harits kemudian kembali ke Mekkah untuk mengabarkan berita tersebut kepada ayahnya. Ketika Sayyid Abdul Mutthalib mendengar kabar itu, beliau sangat sedih, karena memikirkan juga keadaan menantu dan anak yang sedang dilandungnya. Akhirnya Sayyid Abdul Mutthalib pergi untuk mengabarkan kabar duka itu kepada menantunya.
Baca juga: Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Faidah Kumandang Adzan
Sesampainya di rumah menantunya, Sayyid Abdul Mutthalib bertanya, “Wahai Aminah, apa pendapatmu tentang seseorang yang dititipi sesuatu, kemudian titipan tersebut diambil kembali oleh yang punya. Apakah orang tersebut boleh marah dan tidak terima?”
“Dia tidak boleh marah wahai ayah, sebab yang diambil itu hanyalah sebuah titipan.”
“Wahai Aminah, siapa sebenarnya pemilik dari suamimu Abdullah?”
“Sungguh suamiku itu adalah milik Allah, tuhan pemilik Ka’bah.”
“Wahai Aminah, ketahuilah, sesungguhnya suamimu sudah wafat karena sakit, maka bersabarlah.”
Menangislah Sayyidah Aminah mendengarnya, akan tetapi suatu tangisan wajar dan tidak melebihi batas.
Ketika meninggal, Sayyid Abdullah meninggalkan beberapa peninggalan, yaitu rumah beserta isinya, 5 ekor unta, 300 ekor kambing, dan seorang budak yang bernama Barokah binti Tsa’labah, atau lebih dikenal dengan nama Ummu Aiman. Dan Ummu Aiman kemudian setia menemani Sayyidah Aminah sampai wafatnya, dilanjut dengan menyertai Nabi Muhammad Saw, mulai dari lahir hingga akhir.
Begitulah kisah singkat dari kewafatan Sayyid Abdullah. Semoga kita bisa mendapatkan manfaat dan keberkahannya.
Baca juga: Fakhita, Cinta Pertama Rasulullah