Tak bisa dipungkiri, bahwa Sains dan Agama itu selalu jalan berdampingan dengan struktur bahwa agama menjadi landasannya. Dalam buku Stephen Hawking yang berjudul, ‘Brief Answers to The Big Questions’ dijelaskan bahwa agama merupakan ‘domain’, dalam artian bahwa agama adalah upaya untuk menjawab pertanyaan yang kita semua tanyakan: mengapa kita ada disini, dari mana kita berasal?
Jadi tugas sains adalah menemukan kerangka rasional untuk memahami alam semesta di sekitar kita.
Sains apabila dilihat dalam sudut pandang agama, Emha Ainun Nadjib atau biasa disapa Cak Nun menuturkan dalam bukunya yang berjudul, ‘Kalau Kamu Ikan Jangan Ikut Lomba Terbang’ dijelaskan bahwa ilmu bukanlah substansialnya. Ilmu adalah tarekatnya. Ilmu adalah cara. Ilmu adalah pintu-pintu untuk memasuki Islam. Maka untuk menjadi Islam, orang harus selalu mencari pengetahuan. Memang apabila kedua sudut pandang ini disejajarkan maka mereka mengakui bahwa agama adalah sebuah ‘domain’ atau sebagai dasar dari ilmu itu sendiri.
Dikutip dari buku ‘Kalau Kamu Ikan Jangan Ikut Lomba Terbang’ karya Cak Nun juga dijelaskan bahwa “Islam bukanlah ilmu, tapi ‘ia’ adalah sumber ilmu, mata air ilmu. Mata air itu bisa dibuka, bisa digali, bisa dipancurkan dengan alat yang bernama fathanah (kecerdasan).”
Baca juga : Runtuhnya Kontrol Sosial Menurut Cak Nun
Lagi-lagi sains mengakui agama sebagai ‘domain’ seperti yang dijelaskan dalam buku yang berjudul ‘Brief Answers to The Big Questions’ bahwa hukum alam tidak dapat dipatahkan, itulah mengapa mereka begitu kuat dan jika dlihat dari sudut pandang agama, juga kontroversial.
Dalam buku ini menjelaskan bahwa seseorang dapat ‘mendefinisikan’ tuhan sebagai perwujudan dari hukum alam. Stephen Hawking menggunakan kata “Tuhan’ dalam arti yang impersonal, seperti Einstein untuk hukum alam. Sehingga ‘mengetahui’ pikiran Tuhan berarti mengetahui hukum alam.
Bagaimana penjelasan asal muasal kita ada?
Dari sudut pandang sains, Tuhanlah yang menciptakan energi dan ruang itu. Big Bang adalah momen penciptaan. Teori Big Bang adalah teori yang menjelaskan suatu perisitwa awal dari alam semesta yang berawal dari sebeuah titik panas, lalu mengembang dan juga mendingin hingga saat ini. Sehingga teori inilah yang biasa menjadi acuan secara sains mengapa alam semesta yang besar ini terjadi.
Namun demikian, sains punya cara tersendiri untuk mendefinisikannya. Penjelasannya terletak kembali dengan teori Einstein dan wawasannya tentang bagaimana ruang dan waktu di alam semesta saling terjalin secara mendasar. Sesuatu yang sangat indah terjadi pada ‘waktu’ di saat Big Bang. ‘Waktu’yang dimaksud itu sendiri telah dimulai.
Dari sini kita dapat memetik, bahwa Sains dan Agama itu seolah hidup berdampingan. Namun agama-lah yang menjadi titik utama, pemeran utama, sumber utama dari perkembangan sains itu sendiri. Sehingga khususnya kita para masyarakat muslim dituntut untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari ajaran Agama Islam itu sendiri.