Revolusi teknologi informasi yang ditandai dengan munculnya berbagai platform digital komunikasi menjadi kejutan besar, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan bahwa perkembangan ini menghadirkan tantangan signifikan karena masih banyak aspek dari atmosfer dunia digital yang belum sepenuhnya dipahami oleh komunitas NU.
“Perkembangan teknologi digital ini membuat kita harus menghadapi kenyataan bahwa kita cenderung tertinggal dalam menyambut era digital diantara banyak pihak lain telah menyusun banyak strategi efektif dalam memanfaatkan teknologi ini,” ungkap Gus Yahya.
Menurutnya, pajakan agama atau dakwah bukan hanya soal komunikasi verbal, melainkan juga tentang membekaskan cahaya dalam hati (atsar). Hal ini tentu menjadi tantangan besar di era yang serba digital.
Seperti yang ada masa Nabi Muhammad, setiap orang yang bertemu dengan Nabi dapat merasakan hikmah yang mendalam dan meninggalkan pengaruh positif dalam diri mereka. Di masa awal kejayaan Islam, penyebaran agama dilakukan melalui strategi politik dan militer untuk menarik perhatian masyarakat untuk tertarik pada islam.
Dalam konteks Nahdlatul Ulama (NU), Gus Yahya menyampaikan bahwa transformasi dakwah dimulai dari pendekatan langsung di mana seorang da’i mendatangi jamaah secara tatap muka (face to face). Selanjutnya, muncul inovasi dengan mengadakan pengajian umum yang melibatkan seorang da’i berbicara di hadapan jamaah dalam skala yang lebih besar.
Seiring waktu, konsep panggung dakwah berkembang dengan melibatkan lebih dari satu tokoh atau kiai serta menghadirkan hiburan islami seperti tim hadroh atau banjari. Strategi ini terbukti efektif dalam menarik minat masyarakat untuk hadir dalam pengajian. Namun, kemajuan ini juga menghadirkan tantangan baru, yaitu semakin lebarnya jarak antara jamaah dengan da’i secara emosional dan spiritual.
Hingga dalam era digital, tantangan dakwah semakin kompleks. Ketum PBNU tersebut menjelaskan bahwa Generasi Z yang hidup dalam era digital cenderung memiliki tingkat fokus yang lebih rendah. Konten dakwah yang disajikan perlu mampu menarik perhatian dengan cepat agar dapat dikonsumsi secara efektif.
Oleh karena itu, para da’i di era ini dituntut untuk memiliki kreativitas dalam merancang konten dakwah yang tidak hanya menarik tetapi juga mampu menyampaikan pesan secara mendalam. Strategi dakwah di era digital harus terus berkembang seiring dengan perubahan perilaku audiens.
NU perlu memanfaatkan berbagai platform digital untuk menyampaikan pesan keagamaan dengan format yang sesuai dengan preferensi generasi muda.
Penulis: Thowiroh
Baca juga: Pentingnya Strategi dan Kurikulum Dakwah menurut Ketua LD PBNU