Kitab maulid yang umumnya berisikan sejarah kehidupan dan keutamaan Rasulullah saw dalam bentuk syair, prosa dan lainnya biasanya menjadi tradisi yang dibaca utamanya ketika bulan Rabiul Awwal tiba. Di Indonesia, terdapat beberapa kitab maulid populer yang biasa dibaca oleh masyarakat.
Pertama adalah Maulid Ad-Diba’i. Kitab ini disusun oleh Imam Abdurrahman ad-Diba’i. Penamaan kitab tersebut disandarkan pada nama penyusunnya sendiri yaitu Imam Abdurrahman ad-Diba’i.
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Syaraful Anam karangan Syekh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Qasim al-Mursi, yang dikenal dengan nama Ibnu Qasim. Didalamnya berisi sya’ir pujian kepada Baginda Rasulullah saw serta kisah seputar cerita perjalanan hidup Rasul.
Kitab ini tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia karena seringnya dibaca dalam acara perayaan Maulid Nabi maupun acara tertentu seperti pengajian, khitanan dan lain-lain.
Di beberapa pondok pesantren, terdapat kegiatan khusus yang didalamnya berisi pembacaan kitab Maulid Ad-Diba’i. Tak heran jika kitab ini sangat populer baik di kalangan masyarakat ataupun para pelajar.
Kedua adalah Kitab Simtuddurar. Kitab ini disusun oleh Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Ia merupakan seorang ulama besar asal Hadramaut, Yaman. Habib Ali merupakan putra dari Al Arif Billah Muhammad bin Husain bin Abdullah al-Habsyi dan Habibah Alawiyyah.
Kitabnya yang berjudul Maulid Simtudduror ini menjadi karya yang tersebar dan dibaca hingga ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Berbeda dengan kitab Maulid Ad-Diba’I yang lebih banyak sya’ir pujian kepada Rasulullah di bagian Mahallul Qiyam, dalam kitab karangan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi ini justru sya’ir dalam bagian tersebut lebih pendek.
Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi lebih memanjangkan sya’ir tentang kehidupan dan pujian kepada Rasulullah dalam pembukan kitabnya. Beberapa keutamaan kitab Maulid Simtudduror salah satunya seperti yang yang dijelaskan oleh Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi
مَوْلِدِي هٰذَا أَشْوَفُ أَنَّهُ لَوْ دَاوَمَ الوَاحِدُ عَلَى قِرَائَتِهِ وَحِفْظِهِ وَجَعَلَهُ مِنْ أَوْرَادِهِ، أَنَّهُ يَظْهَرُهُ لَهُ شَيْءٌ مِنْ سِرِّهِ ﷺ
Artinya: “Maulidku ini (Simtuddurar) sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia (sir) Rasulullah ﷺ.”
di Indonesia, rutinan pembacaan kitab Maulid Simtudduror biasanya dilakukan tidak hanya di Bulan Rabiul Awwal saja. Di beberapa hari tertentu seperti malam jum’at atau malam selasa dipilih sebagai waktu khusus membaca kitab maulid tersebut.
Ketiga adalah kitab Ad Dhiyau Al-Lami’ yang merupakan kitab maulid karya Al- Habib Umar bin Salim bin Hafidz yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darul Mustafa Tarim. Kitab tersebut berisi beberapa syair, shalawat, dan pujian bahkan sejarah perjalanan hidup Rasulullah. Selain itu juga terdapat bacaan wirid dan dzikir yang bisa diamalkan oleh setiap muslim.
Ad Dhiyau Al-Lami’ sendiri bermakna cahaya yang terang benderang. Kitab ini termasuk kitab maulid yang masih baru karena ditulis pada tahun 1994. Namun meski begitu, kitab ini sudah cukup populer karena sudah banyak dibaca oleh berbagai masyarakat di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia.
Baca juga: Kunci Sukses Habib Ali Al Habsyi, Shohibul Simtudduror