tebuireng.co – Cerita sedih pedagang makam Gus Dur ini terjadi karena ruko baru buka, tapi harus terpaksa ditutup karena pandemi menyerang Indonesia.
Tahun 2023 jadi harapan kebangkitan ekonomi bagi pedagang Komplek Makam Gus Dur (KMGD) setelah dihajar pandemi sejak 2020.
Harapan tersebut disampaikan Shohibi, pemilik salah satu ruko berisi kaos Gus Dur, gamis, koko, kopiah, sarung di KMGD.
Shohibi menceritakan, rukonya mulai ditempati pada 2020 lalu. Namun, baru beberapa bulan buka, rukonya harus tutup kembali karena makam Gus Dur ditutup agar tidak menyebarkan virus Covid-19.
“Dulu baru buka tiga bulan, lalu ada Covid-19 dan tutup cukup lama. Bulan November 2021 mulai dibuka dikit. Sekarang sudah dibuka seperti semula,” katanya, Rabu (18/01/2023).
Makam Gus Dur mulai dibuka secara terbatas pasca pandemi pada 1 November 2021, yaitu pukul 08.00-13.00 WIB. Baru di 2022, makam Gus Dur dibuka secara normal.
Makam keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng yang berada di Desa Cukir, Diwek, Jombang itu dibuka pukul 08.00-15.00 WIB dan pukul 20.00-03.00 WIB.
Shohibi mendapatkan jatah ruko di KMGD karena merupakan warga sekitar area makam Gus Dur. Wisata religi makam Gus Dur jadi wisata teramai di Jombang sehingga bisa menghidupkan perekonomian masyarakat.
“Sekarang sudah buka siang dan malam. Sudah mulai ramai. Semoga tahun 2023 membawa berkah dan mendapatkan penghasilan lebih,” jelasnya.
Shohibi menambahkan, momentum haul Gus Dur di bulan Desember dan akhir pekan adalah waktu meraup untung bagi pedagang KMGD. Sehingga bisa mengurangi cerita sedih pedagang makam Gus Dur.
Bila sebelumnya pernah seharian tidak mendapatkan pembeli, kini setiap hari bisa mengumpulkan Rp. 1-2 juta setiap harinya.
“Untuk pasokan barang kita kadang belanja langsung ke Pekalongan, lebih murah. Cuma kalau mau mudah dan tidak repot bisa juga, ada sales yang selalu datang ke sini,” beber Shohibi.
Hal serupa disampaikan Ahmad, salah satu pedagang baju dan souvenir di KMGD mengatakan perekonomian keluarganya kembali stabil pasca makam Gus Dur kembali dibuka.
“Perekonomian keluarga kembali stabil setelah makam Gus Dur dibuka kembali, alhamdulillah juga saya kembali punya kegiatan di luar,” ujarnya.
Ahmad menegaskan, dirinya mengaku belum bisa menyebutkan nominal pendapatan perbulan setelah pandemi, banyaknya peziarah juga tidak menentukan banyaknya pendapatan.
Hal tersebut juga karena perekonomian masyarakat dan para peziarah tentunya juga dalam masa pemulihan pasca Covid-19.
“Untuk nominal pendapatan setiap bulan masih belum tentu, tapi untuk setiap harinya biasanya yang banyak itu Sabtu dan Minggu, bisa mencapai Rp. 400 ribu,” ceritanya.
Ahmad menegaskan, harga barang yang ada di sepanjang jalan menuju makam Gus Dur memang terkenal murah dan berkualitas. Sehingga membuat minat peziarah untuk membeli relatif tinggi daripada membeli di tempat ziarah lainnya.
“Karena harganya sedikit miring, maka peziarah lebih nyaman di sini. Yang penting semua nyaman,” tandasnya.
Oleh: Thowiroh