tebuireng.co – Cara Rasulullah menghormati anak diakui oleh ahli sejarah. Kehadiran Nabi Muhammad menyelamatkan anak-anak, khususnya perempuan. Sebelum Nabi Muhammad diutus, ketika bayi perempuan lahir lalu langsung dibunuh. Khawatir mendatangkan rasa malu di kemudian hari.
Bangsa Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN) setiap tanggal 23 Juli, Presiden Jokowi menyampaikan pesan melalui media sosial Instagramnya agar memastikan anak-anak Indonesia tetap terlindungi dan terpenuhi hak-haknya sebagai manusia yang berjiwa merdeka.
“Setiap anak punya cita-cita dan impian masa depannya sendiri. Kita hanya perlu memastikan anak-anak Indonesia tetap terlindungi, terpenuhi hak-haknya, bergembira, tumbuh sebagai manusia berjiwa merdeka, dan menjadi bagian dari kemajuan bangsa,” tulis Jokowi dalam instagram pribadinya.
Rasulullah merupakan sosok yang begitu mencintai dan memuliakan anak. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Buhkari dan Muslim dari Anas mengisahkan, cara Rasulullah menghormati anak kecil.
“Sedianya salatku akan kupanjangkan, namun apabila kudengar tangisan bayi, terpaksa kusingkat karena mengetahui betapa gelisah hati ibunya.” (HR Bukhari – Muslim dari Anas)
Dalam riwayat yang lain, Aisyah menceritakan bagaimana sikap Rasulullah ketika menjumpai anak kecil. Aisyah mengatakan bahwa di mana pun Rasulullah bertemu anak kecil, dengan penuh kasih sayang beliau akan membelai, mengusap, dan menciumnya.
Cara Nabi Muhammad mencintai anak cucunya terlihat waktu Rasulullah menciumi Hasan dan Husain di hadapan Al-Aqra bin Habis. Kemudian Al-Aqra berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai sepuluh orang anak, tak seorang pun yang pernah aku cium seperti engkau ini,” katanya.
Mendengar hal tersebut, Rasulullah dengan tajam memandang Al-Aqra seraya berkata, “siapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya, tidak akan dirahmati Allah,” ujarnya.
Tak hanya itu, Rasulullah pun sering mendoakan anak-anak agar nantinya menjadi manusia yang berguna bagi agama serta bangsanya.
Aisyah berkata, “ketika mendatangi anak-anak, Rasulullah jongkok di hadapan mereka, lalu memberikan pengertian dan mendoakan mereka.”
Melihat kisah-kisah tersebut, sudah seharusnya kita ittiba’ Rasul dalam momentum memperingati Hari Anak Nasional ini. Seperti yang disampaikan Rasulullah, betapa mulianya orang-orang yang memuliakan anak kecil.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: إِنَّ فِى الْجَنَّةِ دَارًا يُقَالُ لَهَا دَارُ الْفَرَحِ لَا يَدْخُلُهَا إِلاَّ مَنْفَرَّحَ الصِّبْيَانَ
“Nabi SAW bersabda: sungguh di dalam surga itu ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak-anak kecil.” (HR Abu Ya’la dari Aisyah RA).
Kebahagian anak harus diciptakan di keluarga. Jangan sampai seorang anak kehilangan kebahagian masa kecilnya. Hal ini karena pihak yang bersentuhan langsung dengan tumbuh kembang serta pendidikan anak adalah keluarga.
Oleh karena itu, keluarga sudah seharusnya menjadi tameng utama yang menjamin hak-hak anak tersebut. Pasalnya, keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan terhadap anak.
Di samping itu, pendidikan adalah hal penting yang dibutuhkan anak sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis berikut.
قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Nabi SAW bersabda: Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama daripada (pendidikan) tata krama yang baik.” (HR AT-Tirmidzi dan Al-Hakim).
Oleh: Dinna