Salah satu kesunahan yang dianjurkan di Bulan Muharram adalah menyantuni anak yatim. Terutama pada tanggal 10 Muharram. Namun sangat disayangkan acara seperti ini sering kali menjadi ajang yang dipertontonkan saat penyerahan santunan tersebut.
Dikutip dari Kanal YouTube Lintas Dimensi (27/07/23), Gus Iqdam mengatakan dalam ceramahnya: “santunan Anak yatim itu bukan untuk dipertontonkan. Jika memang niatmu sedekah, menyenangkan anak yatim, maka tidak perlu dipertontonkan di atas panggung”.
Gus Iqdam sangat menyayangkan, saat pemberian santunan, anak-anak yatim sengaja diminta untuk ke atas panggung. “Malah kadang mereka diminta untuk membaca puisi… ‘Ibu… bapak… di mana engkau berada’ hal itu malah menjadikan mereka menangis dan teringat kepada kedua orang tuanya,” kata Gus asal Blitar tersebut.
Tujuan santunan ini bukan untuk membuat anak yatim terenyuh sehingga membuat mereka teringat orang tuanya. Padahal keluarga terdekatnya bersusah payah untuk membantu melupakan kepergian orang tuanya.
Gus Iqdam juga mengutip hadis nabi :
إن اليتيم إذا بكى اهتز لبكائه عرش الرحمن
‘Ketika anak yatim menangis, arsy-Nya Allah itu bergetar’.
Di dalam Arsy ada malaikat rahmat, dan di atas Arsy ada Lauhil Mahfudz. Allah mengatakan kepada Malaikat Jibril: “ Wahai Jibril! Bukalah pintu neraka bagi orang yang membuat anak yatim menangis. Dan bukalah pintu surga untuk orang yang dapat membuat anak yatim senang.
Keberhasilan memberi sedekah pada anak yatim bukan karena mereka menangis.
“Jadi jika ada santunan kok membuat anak yatim itu menangis, maka tujuan santunan itu tidak tercapai,” tuturnya.
Gus Iqdam mengingatkan tujuan menyantuni anak yatim itu untuk sedekah dan menyenangkan anak yatim. Jika perlu kita sendiri yang mendatangi anak yatim tersebut, atau minimal tidak mempertontonkan acara santunan di atas panggung. Karena hal tersebut dapat membuat mereka merasa rendah diri. Bahkan ada beberapa anak yang setelah mendapat santunan tidak masuk sekolah karena merasa minder.
Ia juga menghimbau jika memang perlu mengambil gambar untuk dokumentasi, anak-anak yatim tidak perlu maju satu-persatu ke atas panggung. Cukup dokumentasi secara simbolik saja. Hal ini agar tidak melukai hati mereka.
Penulis: Yusni Ainur Rohmah
Editor: Zainuddin Sugendal