tebuireng.co – Cara menjadi penulis ada banyak. Jika ingin jadi penulis, maka menulislah begitu pesan dari AS Laksana. Banyak orang yang ingin jadi penulis, tapi tidak mau memulai untuk menulis secara rutin.
Menulis tentu identik dengan pikiran dan tangan, bagaimana tangan bisa mengelola atau mentransformasi pikiran menjadi sebuah tulisan. Dalam buku Creative Writing karya Laksana dijelaskan langkah menajdi penulis.
Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan tangan dan pikiran sebagai teman akrab, keduanya dalam beberapa kegiatan kita akan saling bersamaan, sebut saja ketika kita ingin makan, maka tubuh yang kita gunakan untuk makan adalah tangan, dan kegiatan lainnya.
Begitu pun dengan menulis, apa yang ada dalam pikiran akan dituangkan ke dalam tulisan melalui tangan. Tidak perlu banyak persiapan untuk menjadi penulis, tinggal action (lakukan) saja.
Menulis saja, tidak harus bawa laptop ke mana-mana, cukup dengan hand phone atau cukup menyediakan pena dan kertas saja. Jika kamu seorang yang punya kesibukan banyak atau punya tingkat kemalasan di atas rata-rata, kamu bisa menulis hanya lima sampai sepuluh menit saja dalam satu hari.
Terpenting, tentunya rubah mindset ketika kamu gak mood itu menjadi mau menulis, karena untuk menulis itu tidak ada alasan kecuali kemauan kamu sendiri.
AS Laksana merupakan pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah pada 25 Desember 1968. AS Laksana adalah seorang sastrawan, pengarang, kritikus sastra, dan wartawan Indonesia yang dikenal aktif menulis cerita pendek di berbagai media cetak nasional di Indonesia.
Ia belajar bahasa Indonesia di IKIP Semarang dan ilmu komunikasi di FISIP Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia juga menjadi salah satu pendiri majalah Gorong-Gorong Budaya.
Laksana pernah menjadi wartawan Detik, Detak, dan Tabloid Investigasi. Selanjutnya, ia mendirikan dan mengajar di sekolah penulisan kreatif Jakarta School. Kini ia aktif di bidang penerbitan. Kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Bidadari yang Mengembara terpilih sebagai buku sastra terbaik 2004 versi Majalah Tempo.
Karya fiksinya yang lainnya yaitu kumpulan cerita pendek (KataKita, 2004), Cinta Silver, novel adaptasi dari film Cinta Silver (Gagas Gasmedia, 2005). Sedangkan, karya non-fiksinya yaitu Creative Writing: Tips dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel (Mediakita, 2007), Podium DeTik (Sipress, 1995) dan Skandal Bank Bali (Detak, 1999).
Dengan pengalaman, Laksana menganjurkan menulis buruk tidak masalah, tidak perlu bagus, gunakan draf yang buruk. Tidak perlu memperbaiki langsung, jangan hiraukan kaidah ejaan atau yang lainnya. Tuliskan saja kata yang ada di pikiran.
Erdward John mengatakan “Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, biasanya tidak menghasilkan apa-apa.” Dalam menulis, gunakan bahasa sendiri, bahasa yang biasa digunakan saat berbincang dengan kawan atau orang lain, tidak perlu memaksakan puitis atau ilmiah, karena itu akan merusak proses penulisan atau membuat kamu terjeda dalam menulis.
Untuk memulai sebuah cerita, seseorang bisa menggunakan tiga kata awal untuk memancing pikirannya menciptakan sebuah tulisan atau cerita, sekalipun saat itu penulis tidak mempunyai ide atau draf cerita.
Tiga kata itu yaitu “Buku, takdir, dan kucing”, dengan tiga kata tersebut seorang penulis tidak akan membuka cerita dengan hal-hal yang biasa, seperti ‘malam hari yang gelap’ atau ‘siang hari ini panas sekali enggan diriku untuk menjumpai siapapun di luar sana’, dan lainnya. Contoh lainya yaitu:
“Buku itu disimpannya di tempat yang tidak bisa dijangkau orang lain, setelah ia membacanya. Tidak mau dibaca orang lain, buku itu berjudul ‘cinta pertama’. Buku ini cukup aku saja yang tahu. Jangan sampai adik atau ibuku tahu aku sedang jatuh cinta pada seseorang yang aku dambakan di sekolahku. Cinta itu seperti takdir, tidak terduga datangnya kapan dan tentu bisa kita perjuangkan. Hatiku tersenyum sendiri, setelah membaca buku kecil itu, aku jadi tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya, itu bisikan kecil hatiku. Tiba-tiba kucing Himalaya kesayanganku menghampiriku dan buyarlah semua haluku. Dasar kucing, aku kira Aini, gadis cantik pujaan hatiku. Mungkinkah dia loncat mendekap diriku. Seperti kucing ini, harapan ini aku catat dalam pikiranku. Agar kelak akan terwujud”.
Seperti itu kiranya contoh yang diberikan AS Laksana yang bisa dilakukan ketika seseorang memulai menulis. Laksana menegaskan jangan mengedit langsung tulisan, pisahkan dua pekerjaan menulis dan mengedit itu, jangan disatukan, hal itu hanya akan memperlambat diri ketika menulis karena terlalu sering menghapus kata yang tidak pantas atau kurang baik. Cari waktu lain itu mengedit tulisan.
Cara selanjutnya dalam memulai menulis yaitu memilih karakter pada cerita yang akan disajikan. Anggap karakter itu nyata sehingga bisa dengan mudah mengaturnya. Karena tokoh dalam cerita Anda itu akan lahir, bertumbuh dan kemudian meninggal layaknya manusia. Dari sini penulis bisa memadukan jalannya cerita dengan kemauan karakter sehingga tulisan kita akan lebih mengalir.
Dialog antar tokoh dalam tulisan sebisa mungkin menggunakan ritme atau alur di mana harus cepat dan harus memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghela napas ketika membaca.
Ini penting untuk diperhatikan karena tidak sedikit penulis yang memanfaatkan dialog untuk mempercepat tulisan mereka selesai atau memperpanjang halaman dengan dialog. Ini membosankan.
Gunakan emosional anda ketika menulis atau membuat dialog, pesan AS Laksana ini agar penulis bisa menyajikan sebuah percakapan yang nyata. Hindari dialog-dialog yang bertele-tele. Bahasa tubuh juga membantu membuat dialog penulis lebih hidup.
Menulis paragraf pertama menjadi salah satu kesulitan pada penulis pemula. Bagaimana penulis mengawali tulisan agar pembaca bisa melanjutkan membaca tulisan tersebut. Tidak sedikit penulis pemula menggunakan alam sekitar untuk mengawali sebuah cerita. Apa ini salah? Tentu tidak. Namun. Jika terlalu banyak akan membuat pembaca jenuh dan bosan.
Penulis juga bisa membuka ceritanya menggunakan paragraf pertama dari novel atau cerita orang lain. Setelah itu bisa melanjutkan dengan cerita sendiri. Hal ini akan mempermudah penulis untuk berlatih membuka paragraf pertama.
Di buku AS Laksana tidak jauh berbeda dengan buku tentang kepenulisan lain yang menegaskan untuk membaca sebelum menulis. Mungkin saja ada yang menentang ini dengan alasan ingin cerita ada orisinil dari pikiran sendiri yang belum diisi oleh buku mana pun.
Namun, penulis perlu ingat peribahasa, jika kita ingin dihormati maka hormatilah orang lain terlebih dahulu. Sama seperti jika cerita atau buku seseorang ingin dibaca oleh orang lain maka baca dulu buku orang lain.
Ini merupakan logika sederhana mungkin yang hampir ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, membaca juga tentu akan memberikan banyak manfaat untuk tulisan. Mulai dari kata-kata yang baru hingga alur cerita yang membuat pembaca membacanya hingga akhir buku penulis.
Sekali lagi, pesan Laksana bacalah. Buku apa saja, artikel apa saja. Tidak wajib untuk menghabiskan satu buku dalam satu hari, cukup beberapa halaman saja, tapi sering dilakukan. Lalu mulai menuliskan ide, baik di handphone atau melalui laptop.
Pesan Laksana selanjutnya, bawalah pena dan kertas ke mana pun, karena ide itu akan muncul di mana pun dan kapan pun. Bisa ketika mengendarai motor, bisa ketika sedang di taman atau ketika menunggu lampu hijau menyala.
Semua itu mungkin terjadi. Lebih sederhananya gunakan handphone. Satu dua paragraf dalam satu hari tidak jadi masalah. Satu minggu sudah jadi satu cerita, tinggal diedit di sela-sela hari libur.
Lakukan hal ini secara terus-menerus. Jangan hiraukan tulisan itu bagus atau tidak. Untuk menjadi seorang penulis hanya ada satu cara yaitu menulis.
Setidaknya, calon penulis harus menyisihkan lima atau sepuluh menit waktu dalam sehari untuk menulis. Ambilah kertas dan pena dan menulislah. Dengan cara demikian akan merasakan bahwa seseorang tidak memerlukan mood untuk menulis.
Mood adalah salah satu yang harus disingkirkan jauh-jauh jika ia menjadi penghambat kerja penulisan. Perkara mood itu hanyalah kemanjaan yang harus diperangi. Keinginan menulis harus diwujudkan menjadi sebuah tindakan menulis dan itu memerlukan sedikit kemauan untuk menyingkirkan penundaan dan tidak ambil peduli terhadap mood.
Buku Creative Writing karya Laksana ini sangat praktis dan mudah dipahami. Selain itu, Laksana juga memberikan contoh-contoh yang menarik, sehingga pembaca dapat mempraktikkan dan membandingkannya dengan contoh yang disajikan oleh penulis.
Namun, struktur pada buku ini terkesan tidak teratur karena pelajaran membuka kalimat atau cerita disimpan di akhir buku. Nasehat Laksana merupakan dasar-dasar yang harus dipahami ketika ingin menulis.
Menulis itu tidak sulit. Yang menjadi sulit ketika kita menginginkan tulisan yang bagus, tapi tidak mau untuk belajar menulis dan merevisi tulisan terus-menerus.
Tidak ada hasil tanpa usaha, begitu pula tidak ada tulisan sebelum membaca. Hal ini ditegaskan di beberapa buku yang membahas dunia penulisan. Bahwa membaca menjadi penting ketika ingin memulai menulis.
Membaca proses bagaimana mengisi pikiran dengan kosakata baru, gagasan baru, atau wawasan baru. Sehingga memunculkan nuansa yang baru pada cerita yang anda tuliskan.
Wahyu/Abdurrahman