tebuireng.co – Cara menghilangkan depresi menurut al-Balkhi ada dua jenis, yaitu eksternal dan internal. Al-Balkhi merupakan ulama-ilmuwan Islam yang menguasai banyak bidang keilmuan.
Nama lengkap al-Balkhi adalah Abu Zaid Ahmad bin Sahal al-Balkhi. Ia lahir di kota Balkh, sekarang dikenal dengan Afghanistan pada tahun 849 Masehi dan wafat pada tahun 934 Masehi.
Salah satu karyanya yang monumental dalam bidang keilmuan psikologi adalah Mashalihul Abdan Wal Anfus. Bukunya, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ariel Achmad Pramudya dengan judul “Kitab Kesehatan Mental” yang juga menyelipkan karya Ibnu Sina dengan judul terjemahan “Resep Bahagia”.
Dalam bukunya, al-Balkhi menyebutkan empat macam gejala yang bisa mengganggu mental; sedih, takut, panik, dan depresi. Empat macam gejala ini, selain menyiksa jiwa pengidapnya juga memiliki potensi terhadap kerja organ tubuh menjadi tidak maksimal apabila berlebihan.
“Ketika mental seseorang terganggu, kesehatan fisik tak membuatnya bahagia, hari-harinya suram, dan hidupnya tak lagi indah” (al-Balkhi; 07). Bisa jadi, dalam fase-fase tersebut, selera makan menjadi tidak normal, tidurnya tidak nyenyak, dan beragam keanehan-keanehan fisik lainnya.
Bagi al-Balkhi, cara menghilangkan depresi lewat eksternal, dengan cara menerima nasehat dari orang lain. Sedangkan cara internal dengan membangun mindset-mindset tertentu sebagai pondasi ideologis manusia dalam menghadapi setiap kesedihan.
Al-Balkhi menawarkan sembilan macam mindset cara menghilangkan depresi, yang kemudian penulis ringkas menjadi empat macam karena dirasa sebagian mindset yang ditawarkan memiliki keterkaitan fundamental dengan mindset lainnya.
Mindset yang pertama adalah menyadari bahwa depresi juga bisa menimbulkan penyakit kronis bagi penderitanya. CNN Indonesia, mengutip hasil penelitian yang diterbitkan jurnal JAMA Network Open pada tahun 2022, mengatakan bahwa sebagian penyakit yang disebabkan oleh depresi ialah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), hipertensi, asma, dan sebagian besar kanker.
Kedua, mencintai diri sendiri. Hal ini berangkat dari pada fitrah manusia yang memang cenderung lebih mencintai dirinya sendiri dari pada pihak lain.
Di samping itu, kesadaran tersebut juga perlu didukung dengan kesadaran lain bahwa tidak sabar terhadap musibah merupakan musibah itu sendiri.
Bertahan pada keadaan jiwa yang depresi, sama saja dengan menenggelamkan dirinya dalam musibah yang tidak diketahui kapan berakhirnya.
Ketiga, menyadari bahwa dunia tidaklah sempurna dan kesedihan akan selalu datang bergantian dengan kebahagian. Manusia tidak akan selamanya berada pada titik yang menyebabkan dirinya bersedih.
Sebagaimana manusia juga tidak akan selamanya berada pada titik kebahagiaan. Maka dari itu, sudah selayaknya menyiapkan diri untuk bahagia di kala bersedih, demikian pula harus menyiapkan diri untuk bersedih di waktu mengalami kebahagiaan.
Keempat, berpikir bahwa kesedihan yang dialaminya juga pernah atau akan dialami oleh orang lain. Kesadaran semacam ini akan mengantarkan manusia pada kepercayaan bahwa tidak ada manusia yang terbebas secara mutlak dari perasaan bersedih.
Bahaya Depresi
Menimbang dampak depresi yang sangat serius, maka bagi pengidap depresi hendaknya sesegera mungkin mengobatinya. Pengidap depresid an orang dis ekitarnya harus tahu cara menghilangkan depresi lewat berbagai sumber.
Prof Dr Malik Badri, pakar psikologi Malaysia mengatakan salah satu keistimewaan pandangan al-Balkhi dalam penyakit mental ialah menawarkan langkah preventif, pengobatan, sekaligus cara merawat mental.
Selain itu, al-Balkhi juga memposisikan penyakit mental sebagai penyakit yang bisa mempengaruhi fisik manusia. Yang mana, pada era al-Balkhi, hal tersebut masih luput dari fokus kajian para ahli Psikiatri.
Menurut al-Balkhi, manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Keduanya sama-sama memiliki potensi untuk merasakan sakit. Tubuh manusia bisa mengalami demam, pusing, kedinginan, dan penyakit fisik lainnya.
Sedangkan jiwa, setidaknya ada empat macam penyakit yang disebut al-Balkhi sebagai penyakit mental. Yaitu sedih, takut, panik, dan depresi.
Salah satu penyakit mental yang sering mengintai manusia adalah depresi. Menurut al-Balkhi, depresi merupakan rasa sedih yang berlebihan. Ia sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.
Depresi juga akan menjadi musibah besar ketika pengidapnya harus putus asa, lalu kemudian mengantarkan ia pada tindakan negatif-merugikan.
Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Indonesia, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan nomor 4 penyakit di dunia, dan diprediksikan akan menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama.
Di samping itu, bunuh diri menjadi isu kesehatan masyarakat serius saat ini. Bunuh diri juga erat hubungannya dengan depresi. Atau, bisa dikatakan bahwa latar belakang dari adanya tindakan bunuh diri adalah depresi. Tak ayal, depresi merupakan momok yang menakutkan.
Menurut WHO, 2019, sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun di dunia. Mirisnya, angka terbesar pelaku bunuh diri ditemukan pada usia muda.
Dalam kasus ini, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan kelima dari enam negara dengan perilaku bunuh diri yang tinggi. Maka, bisa disimpulkan bahwa depresi bukanlah penyakit mental yang bisa dibiarkan begitu saja.
Sebelum berbicara tentang langkah-langkah keluar dari lingkaran depresi, sangat penting untuk mengetahui jenis depresi yang biasa menimpa manusia.
Mengingat bahwa depresi adalah kesedihan yang berlebih, dalam hal ini al-Balkhi membagi jenis rasa sedih pada dua macam berdasarkan keadaan-keadaan yang melatar belakanginya.
Pertama ialah rasa sedih yang memiliki sebab. Biasanya, rasa sedih ini disebabkan oleh peristiwa tidak menyenangkan yang dialami manusia. Seperti kehilangan harta, kehilangan orang tersayang, maupun gagal mencapai keinginannya yang tinggi.
Sedangkan jenis rasa sedih selanjutnya ialah rasa sedih yang tidak diketahui penyebabnya (kesedihan manusia yang tidak ada kaitannya dengan peristiwa yang berdampak psikis).
Gejala mental ini memiliki hubungan dengan kondisi fisik manusia. Bisa saja, munculnya rasa sedih tanpa sebab tadi karena kurang darah, anemia, dan gejala-gejala fisik lainnya yang menyebabkan kinerja tubuh tidak sempurna.
Oleh: Ahmad Fikri