Manusia menjadi budak dari kebaikan dan kenyamanan. Maqolah yang cukup populer dan dialami oleh siapa pun. Dalam konteks era digital, kebaikan dan kenyamanan itu ditawarkan lewat teknologi, termasuk di dalamnya ada smarthphone dan sejenisnya. Tanpa disadari, kita terjebak dan lupa ketika sedang berinteraksi dengan ‘layar’ yang mana hal tersebut sangat memungkinkan merusak mental kita sehingga cara untuk mengatur waktu layar menjadi hal yang penting untuk diketahui.
Mental yang terjebak dalam siklus tanpa akhir dari notifikasi dan media sosial. Meskipun teknologi mempunyai manfaat, tetapi dalam penggunaan berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan mental kita. Sedangkan untuk mengendalikannya, kita perlu strategi efektif agar bisa mengatur waktu layar dan menjaga kesehatan mental. Berikut beberapa tips yang mudah untuk dilakukan:
Tetapkan Batas Waktu Layar
Cara mudah menetapkan batas waktu layar ialah dengan menggunakan aplikasi pemantau waktu layar. Dalam penelitian Kumar, P., & Banerjee, D. (2021) menyebutkan dampak waktu layar pada kesehatan mental remaja dalam penggunaan media sosial dan perangkat digital yang berlebihan berhubungan dengan peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan tidur di kalangan remaja. Tidak hanya menentukan batas waktu layar, kita perlu membuat jadwal waktu tertentu dalam sehari untuk penggunaan media sosial dan aplikasi hiburan, dan harus mematuhi jadwal tersebut.
Zona dan Area Tanpa Teknologi
Tips selanjutnya ialah menentukan area di rumah yang bebas smarthphone. Misalnya di kamar atau di ruang tamu, kita fokus pada aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan layar. Membaca buku, berkomunikasi dengan keluarga, atau melakukan hobi yang tidak bersentuhan dengan layar. Hal ini juga bisa menjadi opsi detoks digital, sehingga ketergantungan kita pada layar bisa berkurang. Dalam artikel Digital Detox: A Novel Approach for Reducing Screen Time and Improving Well-Being, dijelaskan bahwa detoks digital dapat secara signifikan mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan.
Prioritaskan Aktivitas Offline
Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan terlepas dari interaksi dengan orang lain melalui aktivitas offline. Untuk menunjang hal itu, olahraga dan aktivitas fisik lainnya bisa menjadi pilihan. Banyak konten di media sosial yang mengkampayekan olahraga, bukan semata-mata tujuan sehat. Ada dampak yang tidak signifikan terlihat tetapi bisa dirasakan, yaitu mengurangi stres. Sebuah penelitian dari McDowell, C. P., & Dishman, R. K. (2018) mengulas bahwa olahraga dapat mengurangi tingkat hormon stres seperti kortisol dan meningkatkan suasana hati melalui peningkatan neurotransmiter seperti endorfin. Penelitian ini juga mencatat bahwa aktivitas fisik dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketahanan terhadap stres.
Selain olahraga, interaksi sosial secara langsung bisa menjadi pilihan lain. Upaya untuk menjaga hubungan sosial secara langsung dengan teman dan keluarga akan sangat berdampak positif. Kegiatan seperti makan bersama, memasak bersama, atau berlibur bisa memperkuat ikatan sosial dan memberikan dukungan emosional yang lebih baik dibandingkan interaksi digital.
Memilah Konten yang Dikonsumsi
Sebagai subjek dari teknologi, meskipun tidak bisa terlepas sepenuhnya, paling tidak kita bisa memilah konten yang kita konsumsi. Algoritma di media sosial sangatlah canggih, ada siklus yang memang sudah didesain oleh produsen media sosial tersebut. Mulai dari pengumpulan data pengguna, aktivitas pengguna, konten yang disukai, dibagikan, waktu yang dihabiskan melihat konten tertentu, dan pencarian dengan akun atau topik tertentu sangatlah berpengaruh. Sehingga jika kita mengkonsumsi konten positif, algoritma akan menyarankan konten yang positif pula. Begitu pun sebaliknya. Dengan begitu, kita sebagai subjek harus bisa memilah konten yang baik untuk diri kita sendiri agar tidak terjerumus kepada hal negatif.
Prioritas Kualitas Tidur
Penggunaan smarthphone juga berdampak pada pola tidur. Dalam studi Harvard Medical School (2012) “Effects of Blue Light on Sleep and Circadian Rhythms“, menunjukkan bahwa cahaya biru dari layar gadget dapat menghambat produksi melatonin, menyebabkan penundaan waktu tidur dan penurunan kualitas tidur. Sehingga sebaiknya kita bisa membatasi penggunaan layar sebelum tidur, misalnya satu jam sebelum tidur kita menghindari perangkat digital. Manfaat yang kita dapat dari tidur yang berkualitas ialah kesehatan mental dan fisik menjadi terjaga. Pada akhirnya, dengan kualitas mental dan fisik yang baik bisa menunjang produktivitas kita di siang hari.
Kesimpulannnya, Mengatur waktu layar dan menjaga kesehatan mental di dunia digital memerlukan kesadaran dan usaha. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita bisa menciptakan keseimbangan yang lebih sehat antara kehidupan digital dan kehidupan nyata. Ingatlah bahwa teknologi adalah alat, bukan pengganti kehidupan nyata. Gunakan teknologi secara bijak untuk mendukung hidup kita, bukan malah mengganggu keseimbangan hidup kita.
Penulis: M Sutan Alambudi
Editor: Thowiroh
Baca juga: Perlunya Detoks Digital di Era yang Serba Digital