tebuireng.co- Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi seorang anak baik ketika orang tuanya masih hidup ataupun sudah wafat. Berbakti kepada orang tua akan memudahkan anak mendapat ridho Allah. Dalam hadis disebutkan :
عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ.
“Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
Selain itu berbakti kepada orang tua bisa membuat anak tersebut dipermudah rizkinya oleh Allah. Sebagaimana dalam hadist riwayat Imam Ahmad
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ فِي عُمْرِهِ، وَيُزَادَ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Dari sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang ingin dipanjangkan umurnya dan bertambah rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim,’” (HR Ahmad).
KH Ismail Amin Khalil atau yang kerap disapa lora ismail menjelaskan bahwa orang tua sangat membutuhkan bakti seorang anak bukan ketika mereka masih hidup namun ketika mereka telah wafat. Bagaimana cara bakti kepada orang tua yang telah wafat? Yaitu dengan cara mendoakannya. Karena ketika orang tua telah wafat hal yang paling ditunggu dan diharapkan kepada anak anaknya adalah kiriman do’a sampai Baginda Nabi SAW menjelaskan bahwa alih alih mendapat dunia dan seisinya mereka ( orang tua yang telah wafat) lebih bahagia jika mendapat kiriman do’a bahkan meski hanya satu do’a saja.
Dalam hadis riwayat muslim juga disebutkan bahwa do’a anak kepada orang tuanya merupakan sumber pahala yang pahalanya akan terus mengalir kepada orang tua :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)
Selain dengan mendoakan, Baginda Nabi juga menjelaskan cara berbakti kepada orang tua yang telah wafat adalah bisa dengan mengirimkan pahala sedekah. Nabi pernah bersabda
ماعلى أحدكم إذا تصدق بصدقة أن يجعلها لوالديه فلهما أجرها و لاينقص من أجره شيء
“Apa sulit nya bagi kalian ketika bersedekah untuk meniati sedekah tersebut bagi orang tuanya, maka keduanya (orang tua) akan mendapatkan pahalanya dan tidak akan mengurangi sama sekali pahala kalian.
Dalam hadis lain juga dijelaskan
أَنَّ سَعْـدَ بْنَ عُـبَـادَةَ -أَخَا بَـنِـيْ سَاعِدَةِ- تُـوُفّـِيَتْ أُمُّـهُ وَهُـوَ غَـائِـبٌ عَنْهَا، فَـقَالَ: يَـا رَسُوْلَ اللّٰـهِ! إِنَّ أُمّـِيْ تُـوُفّـِيَتْ، وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، فَهَلْ يَنْـفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ بِـشَـيْءٍ عَنْهَا؟ قَـالَ: نَـعَمْ، قَالَ: فَـإِنّـِيْ أُشْهِـدُكَ أَنَّ حَائِـطَ الْـمِخْـرَافِ صَدَقَـةٌ عَلَـيْـهَا.
Bahwasanya Sa’ad bin ‘Ubadah saudara Bani Sa’idah ditinggal mati oleh ibunya, sedangkan ia tidak berada bersamanya, maka ia bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Sesungguhnya ibuku meninggal dunia, dan aku sedang tidak bersamanya. Apakah bermanfaat baginya apabila aku menyedekahkan sesuatu atas namanya?” Beliau menjawab, “Ya.” Dia berkata, “Sesungguhnya aku menjadikan engkau saksi bahwa kebun(ku) yang berbuah itu menjadi sedekah atas nama ibuku.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca juga: Hubungan Tirakatan Orang Tua dan Anak