tebuireng.co – Bicara tentang Gus Sholah, kita akan melihat banyak hal yang sangat menarik. Banyak orang sering mengangkat beberapa hal kejujurannya, sifatnya yang sangat visioner, keramahannya, positif yang mungkin sudah banyak diketahui orang; kesederhanaannya, thinking terhadap banyak hal, dan lain lain. Tetapi kali ini, saya kepingin membahas sisi yang lain. Sisi yang mungkin nggak terlalu banyak yang memperhatikan. Gus Sholah adalah seorang pendengar yang baik, tanpa melihat latar belakang orangnya. Beliau tidak membeda-bedakan siapapun orangnya. Nah ini kuat sekali berhubungan dengan silaturahim beliau. Pernah satu saat, tiba-tiba Papa (Gus Sholah) datang ke kantornya mantan asisten saya (yang sekarang menjad partner bisnis saya). Gus Sholah diundang buka puasa di kantor itu. Papa sama Mama datang ke situ bergabung dengan puluhan milenial buka puasa di pinggir kolam renang. Saya kaget, tapi juga bahagia.
Kemudian juga, siapapun orang yang datang ke rumah beliau, selalu didengar oleh beliau. Kadang hal ini juga mengkhawatirkan kita. Karena kadang menjadi beban pikiran beliau, terutama di saat sakit.
Jadi beliau tidak membeda-bedakan. Mau itu anak kecil, itu orang besar siapapun, tokoh nasional ataupun orang biasa saja didengarkan oleh beliau.
Baca Juga: Gus Sholah, Keindonesiaan dan Keislaman
Untuk tokoh sekaliber Gus Sholah, ini sangat tidak mudah, menjadi pendengar yang baik bagi siapapun. Kemampuan silaturahmi beliau pun, sangat luar biasa. Misalnya, diundang sama orang yang tidak terlalu dekat, juga yang secara kepangkatan mungkin ya biasa-biasa saja, rumahnya di ujung gunung misalnya. Beliau tetap datang untuk datang ke acara pernikahan anaknya atau acara syukuran atau acara apa.
Selama waktunya pas tidak bentrok, pasti disambangi oleh beliau. Ini merupakan kemampuan silaturahim yang luar biasa.
Saat-saat terakhir, sebelum beliau wafat, hampir seluruh keponakan-keponakan, sepupu saya itu didatangi rumahnya satu persatu. Hal ini merupakan kenangan berkesan bagi mereka. karena didatangi di rumahnya. Itu nggak mudah dan itulah kemampuan silaturahim beliau.
Jadi setiap kali kalau ke Jakarta karena tinggalnya di Jombang, yang sakit disambangi. Ada yang meninggal di-takziahi. Gus Sholah juga memiliki daya ingat yang sangat tajam. Seringkali ada orang ditanya nomor teleponnya, dihafal luar kepala. Itu luar biasa tajamnya. Iya 11-12 sama Gus Dur mungkin ya, atau Gus Im. Hal-hal kecil apapun diingat sama beliau. Karena mungkin sering baca buku, daya ingat yang tajam. Lalu pemahaman terhadap sesuatu pun tajam juga, karena sering membaca buku. Jadi wawasannya sangat luas.
Tiga hal itu sangat luar biasa menurut saya. Tetapi, dari semua yang membekas di saya, yang sangat unik adalah sepanjang pengetahuan saya, tidak sampai lima kali marah, selama umur hidup saya. Tidak sampai lima kali marah.
Saya pernah melihat papa marah, waktu nyetir zaman dulu di Kalimalang. Saya mungkin masih SMP atau SMA. Lalu di beberapa kejadian yang lain, termasuk yang berhubungan sama Muktamar NU. Saya melihat bapak adalah sosok yang sangat penyabar, bersahaja, di samping yang semua yang telah disebut itu.
Kami semua kehilangan sosok tersebut, bukan cuma saya sebagai keluarga. Tapi juga banyak orang yang mengenal beliau. Satu hal yang menjadi inspirasi dari Bapak, adalah kebiasaannya untuk selalu memberi. Kalaupun Bapak terpaksa harus meminta, pasti bukan buat Bapak pribadi. Pasti untuk diberikan ke tempat lain lagi. Nah ini, yang harus kita contoh. Yang paling terakhir, yang sangat luar biasa dari Bapak adalah sifat keikhlasan beliau. Sangat ikhlas. Saya kayaknya belum pernah menjumpai orang ada yang lebih ikhlas dari Bapak. Dan ini yang mudah-mudahan bisa menjadi dorongan pada kami, untuk mencontoh dan meneruskan apa yang memang beliau sudah lakukan.
Baca Juga: Haul ke-2 Gus Sholah