tebuireng.co– Jauh sebelum nama Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani dan Syaikh Nazim melejit seperti sekarang, pertama kali lihat foto beliau di wallpaper laptop Pak Abbas Arfan (dosen Fak syariah UIN Malang). Dari situlah saya tahu bahwa beliau pengagum ajaran Naqsyabandiah Haqqani. Kemudian dalam acara “Jazirah Islam” yang tayang tiap bulan Ramadhan, saya saksikan liputan tentang minoritas Muslim di Meksiko. Di rumah salah seorang muslim di sana, dipajang foto Syaikh Hisyam Kabbani. Kata Muslimah Meksiko tersebut, ia tertarik masuk Islam karena rekaman ceramah-ceramah Syaikh Hisyam Kabbani.
Dalam buku Sufi-Sufi Diaspora (Mizan, 2015), Syaikh Hisyam adalah mursyid (guru) Tarekat Naqsyabandiah Haqqani di Amerika. Beliau bersama keluarganya tiba ke Amerika pada tahun 1990. Beliau ternyata menantu Syaikh Nazim al-Haqqani. Tentang sosok Syaikh Nazim, beliau pernah dibaiat oleh syaikh Dagestan menjadi anggota tarekat Naqsyabandiah. Pada tahun 1965 Syaikh Nazim pernah mengalami pengusiran di Siprus karena kritik-kritiknya kepada pemerintah sekuler pimpinan Uskup Makarios dan Dr. Fazil.
Tarekat Naqsyabandiah Haqqani resmi beraktivitas di Indonesia sejak bulan April tahun 1997. KH. Mustafa Mas’ud dibaiat dan ditunjuk sebagai (wakil) Syaikh Nazim Haqqani. Aktivitas Tarekat ini berlangsung di zawiyah-zawiyah yang ada di Kampung melayu (Jakarta), Nagrek (Jawa Barat), dan Pekalongan. Pengikut tarekat ini dibekali buku saku yang berjudul Shalat dan Amalan Harian Naqsyabandi” (Haqqani indonesia, 2003).
Di dalam Tarekat ini terdapat amalan wirid yang terbagi ke dalam 3 tingkatan. Pertama, Wirid harian untuk tingkat Murid. Kedua, wirid harian untuk tingkat Musta’id, dan yang ketiga wirid harian untuk tingkat pemula serta Muhib (pecinta). Pengikutnya didorong membaca shalawat 300 kali tiap hari Jumat, 1 juz Al-Quran, Surah al-Ikhlas (100 kali) dan 1 bagian kitab Dalail al-Khairat.
Ajaran wirid harian yang diamalkan dalam Tarekat ini bersumber dari Syaikh al-Dagestani, diharapkan dengan wirid harian ini, pengikutnya dapat mencapai seluruh maqam dalam tarekat Naqsyabandiah (Muhammad Hisyam Kabbani, The Naqshabandi Sufi Tradition, 2004). Di Indonesia, ajaran tasawuf Syaikh Hisyam tidak dikategorikan menyimpang oleh MUI. Di Malaysia tarekat ini, difatwakan sesat sejak 2000.
Menurut Syaikh Hisyam, Tasawuf tidak berangkat dari titik hampa. Dasar tasawuf disebutkan dua kali dalam Al-Quran. Pertama, saat Allah memerintah Rasulullah untuk memperhatikan para ahlu shufah dalam surah al-Kahfi ayat 28, yang berbunyi: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya”. Sedang ayat yang kedua terdapat pada surah al-Jin ayat 16: “Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).
Masih menurut alumnus Fakultas Kedokteran University of Louvain, Belgia ini, “Tasawuf adalah zikir. Hal ihwal dzikir banyak disebutkan dalam Al-Quran. Tidak ada yang baru. Tak seorang pun laik berasumsi tasawuf ialah perkara baru”. Dalam bukunya Tasawuf dan Ihsan (Serambi, 2007), beliau Mengutip ucapan al-Junaid, “Tasawuf atau penyucian diri bukanlah banyak shalat dan puasa, melainkan keikhlasan penuh dan sikap tidak mementingkan diri sendiri”.
Syaikh Hisyam berpendapat bahwa Keberadaan mursyid bukan syarat utama bertasawuf. Menurut beliau, sangat mungkin bagi setiap orang menyucikan diri dan memperbaiki akhlak tanpa bimbingan seorang syaikh. Namun, karena khawatir tergelincir, sebaiknya mengikuti dan berguru kepada seorang syaikh, baik amalan walaupun wirid (Republika, 13 Juni 2012).
Terakhir sebelum menutup artikel ini, doktrin zuhud seringkali salah penerapannya. Hal ini juga tak luput dari sorotan Syaikh Hisyam. Bagi beliau zuhud bukanlah meninggalkan dunia dengan uzla (menyendiri) di tempat sepi, melainkan justru berinteraksi dengan sesama manusia sembari berzikir terus kepada Allah. Wallahu a’lam. (MT)
Oleh: Fadh Ahmad Arifan, pernah mengajar Mata kuliah Akhlak Tasawuf di STAI al-Yasini, Pasuruan
Baca juga: Ketika Agama Menyelesaikan Masalah