Belajar ‘maaf’ dan ‘terima kasih’ ke Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas atau yang biasa disapa Gus Yaqut menarik untuk dibahas.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, ada berbagai macam jenis problem yang muncul baik karena salah paham hingga perbuatan yang sengaja diperbuat. Dari rentetan masalah tersebut, solusi yang tak kalah penting yaitu dua kata, maaf dan terima kasih.
Dua kata ini jika diucapkan akan membuat konflik reda, membuat suasana jadi cair dan tidak ada perpecahan. Dua kata ini ini ringan diucapkan, tapi memiliki efek yang cukup besar bagi orang lain. Oleh karenanya, dua kata ini penting diucapkan oleh pimpinan seperti menteri agama.
Sebab, kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’ jika diucapkan oleh orang tua pada anaknya akan membuat anak semakin hormat, begitu pula sebaliknya.
Terkadang, banyak orang yang gengsi mengucapkan kata maaf dan terima kasih hanya karena merasa lebih tua atau lebih tinggi jabatannya. Terkadang karena merasa tidak punya salah sedikit pun. Sungguh, bukan pilihan sikap yang tepat.
Semisal, seorang suami mengucapkan kata maaf kepada istrinya saat Idul Fitri karena selama memimpin keluarga terkadang nafkahnya telat. Lalu, istri juga minta maaf kepada suami karena selama mendampingi kurang sabar. Akhirnya, keduanya saling memaafkan.
Setelah itu, sang suami mengucapkan terima kasih kepada istrinya karena sudah mau mendampingi dalam susah senang. Istri juga mengungkapkan terima kasih karena sudah menjadi suami yang terus kerja keras demi keluarga.
Salah satu bentuk sikap yang layak ditiru yaitu ucapan terima kasih dari Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) kepada petugas haji. Ia memberikan apresiasi atas kerja keras, pengabdian, dan dedikasi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji yang sudah mengurusi 221.000 jemaah.
“Saya mejadi saksi bagaimana para petugas haji berjibaku dan mengorbankan semua kepentingan, terima kasih. Kalau saya memiliki kemampuan Bapak – Ibu sekalian, saya akan bersujud di bawah kaki Bapak – Ibu sekalian sebagai tanda penghormatan saya atas apa yang Bapak – Ibu sekalian abdikan kepada para jemaah haji. Sangat luar biasa. Mohon maaf atas kekurangan.”
Kata-kata di atas adalah bentuk apresiasi Gus Menteri terhadap peran petugas dalam melayani jemaah haji. Terutama mereka yang memerlukan perhatian khusus seperti perempuan dan lansia.
Sebanyak 68 ribu jemaah mengaku tidak merasakan waktu hingga kepulangan mereka berkat layanan ramah perempuan yang disediakan.
Layanan khusus untuk lansia dan perempuan. Kebijakan tersebut dilihat sangat implementatif dan sesuai kebutuhan di lapangan. Bahkan, sampai pemilihan petugas dan konsep besar layanan haji 2023.
Ucapan apresiasi dari Gus Yaqut ini sesuatu penghormatan bagi petugas haji, karena Indonesia merupakan negara dengan kuota jemaah haji terbanyak sedunia, terdiri atas 203.320 jemaah reguler dan 17.680 jemaah haji khusus.
Pemilik kuota haji terbanyak kedua adalah negara Pakistan. Negara ini mendapatkan jumlah kuota haji 2023 sebanyak 179.210.
Ucapan apresiasi dari Gus Yaqut ini juga dikarenakan tercapainya target. Musim Haji 2023, Kementerian Agama mengangkat tagline “Haji Ramah Lansia” sebagai ikhtiar melayani jemaah lanjut usia, selain berusaha menjadikan jemaah lebih mandiri. Dimana, terdapat 65.802 ribu jamaah lansia yakni 33 % dari total jamaah, ditambah lagi jamaah haji dengan risiko tinggi (Risti).
Untuk memenuhi hajatan terbesar tersebut, Kemenag RI melakukan persiapan dan pembekalan yang matang. Salah satunya menggembleng petugas melalui bimbingan teknis selama 10 hari di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, mulai 6-16 April 2023.
Sikap Gus Yaqut bila dilihat dari sisi tasawuf, orang yang meminta maaf tulus kepada orang lain akan dilihat oleh-Nya sebagai orang yang rendah hati dan tidak sombong. Kesombongan sering menjadi alasan mengapa kita tidak mau meminta maaf.
Dari mulai sombong karena status sosial, harta, jabatan, pangkat, hingga karena merasa tidak bersalah. Kesombongan adalah sifatnya setan karena itulah sifat yang ditunjukkan pertama kalinya di saat dia tidak mau sujud kepada Nabi Adam.
Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam surga, meskipun bentuk kesombongan itu teramat kecil. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).
Sudahkah kita berterima kasih hari ini?
Oleh: Dody Sulistio, M.H (Dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Baca Juga: Tanda Haji Mabrur menurut Hadis Nabi