tebuireng.co – Bekal Gus Dur untuk anak-anaknya disampaikan putri keduanya yaitu Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid saat mengunjungi Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Sabtu (25/6/2022)
Ia mengatakan ada empat bekal dari Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur untuk anak-anaknya. Bekal tersebut dipegang teguh oleh anaknya.
“Saya orang yang beruntung karena menjadi anaknya Gus Dur dan Bu Sinta, yang diberikan bekal dan nilai, salah satunya bapak selalu ingatkan kami, jangan bohong,” jelasnya
Menurutnya, sejak lama Gus Dur selalu mendidik anak-anaknya untuk bersikap selalu jujur. Baginya ada dua hal yang kalau sudah hilang tidak akan kembali.
Pertama kesehatan yang sudah sakit parah. Susah kembali prima. Makanya harus dijaga. Kedua yaitu kepercayaan. Jika kepercayaan hilang, maka sulit kembali ke semula.
“Selalu jujur. Karena jujur adalah investasi diri kita pada diri sendiri. Kun daiman shodiqon,” ujarnya
Yenny menambahkan, bekal kedua dari Gus Dur untuk anak-anaknya yaitu perlakukan orang lain dengan baik, jangan mencederai hati orang lain.
Baca Juga: Menilik Rumah Gus Dur di Jombang
Terkadang banyak orang yang lupa, komentar-komentar di media sosial dengan cara kurang baik. Lupa dengan akhlak. Padahal jejak digital tidak hilang, kalau sudah pernah komentar negatif maka akan tetap. Betapa malunya ketika dilihat calon mertua.
“Kita diajari memperlakukan orang lain dengan baik, apalagi yang senior. Kita harus berinvestasi dengan cara menanam kebaikan di sekeliling kita. Kita akan panen kebaikan kita,” kata alumnus Sekolah Pemerintahan John F Kennedy ini.
Bekal nilai selanjutnya kata Yenny Wahid yaitu hidup tidak berorientasi pada diri sendiri melainkan pada kepentingan orang banyak. Jangan hanya mikirikan diri sendiri.
“Anak milenial sekarang agak berbeda. Karena mereka suka menolong lain. Lebih banyak sedekah ketika ada yang mengumpulkan dana. Ketika ada yang kena musibah langsung membuat gerakan membantu,” ungkapnya.
Bekal keempat dari Gus Dur kepada anak-anaknya yaitu sering jalan-jalan, terutama ke luar negeri. Gus Dur dulu jalan-jalan pakai otak. Selalu ada jalan untuk melihat dunia.
Ketika seseorang melihat dunia maka wawasan terbuka. Yang bagus diambil, yang jelek ditinggalkan. Seperti Uni Emirat Arab (UEA) ada mentri toleransi, ia pamannya raja.
“Programnya luar biasa yaitu mengundang tokoh dunia untuk bicara. Negara sekelas UEA saja ada mentri toleransi. Di sana ada masjid yang bernama Maria Ibunya Isa,” tandas Yenny Wahid.