tebuireng.co- Di zaman akhir ini, kita banyak disuguhi bacaan-bacaan dan tontonan yang di dalamnya memuat beragam fitnah dan kabar hoax yang menghantarkan seseorang kepada kesesatan. Di zaman akhir inilah kabar yang datang penuh dengan banyak kemungkinan.
Memungkinkan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi alias bohong (populer Hoax) maka se mestinya pula para pembaca dan pendengar tak perlu menelannya mentah-mentah. Merebahnya beragam kabar tak jelas dan tak valid kebenarannya seringkali bermunculan dalam berbagai momentum. Lebih-lebih musim Pilpres, Pilkada, Pilkades, Muktamar.
Demi membela jagoannya berbagai tindakan konyol pun dilakukan. Sudah menjadi rahasia umum bila hal demikian tidak benar. Ironisnya, hal itu dipelihara. Klaim-klaim kebenaran versi pribadi dan kelompoknya masih disebarkan.
Baca juga: Hoax Kabar Hj. Sinta Nuriyah Wafat
Kenapa, seseorang berani melempar kabar tak jelas dan benar? Sesungguhnya, demi menaikkan popularitas, agenda politik, dan lain sebagainya menjadikan seseorang terlena dan buta penglihatan mata batinnya.
Mencintai sesama merupakan sebuah kewajiban sesama makhluk Tuhan. Diwujudkan dengan saling kasih sayang dan menjaga nama baiknya. Meskipun, tidak suka karena perbedaan pandangan sebaiknya tidak berlebihan. Apalagi mengumbar fitnah ke publik.
Dalam kitab “Usfuriyah”, karya Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri. Yang biasa dikaji oleh para santri di pesantren, termasuk juga para kiai sering membacakannya di hadapan masyarakat di kampung-kampung. Memuat sebuah kisah menarik;
“Alkisah, pada suatu waktu Khalifah Umar ra. jalan-jalan mengitari kota Madinah. Ada anak kecil yang sedang memegang burung ‘emprit’ dan mempermainkannya. Tak tega, dengan burung tersebut, beliau lantas membelinya dan melepaskannya ke udara. Setelah sahabat Umar ra. meninggal dunia, seorang ulama bermimpi bertemu dengannya. Dalam mimpinya dia dan para sahabat bertanya kepada sang Amirulmu’minin “Apa yang telah Allah lakukan kepadamu? Umarpun menjawab, “Allah memaafkanku dan mengampuni segala dosaku.”
Para sahabat bertanya lagi “Kenapa Allah memaafkan dan mengampunimu? Apakah, karena kedermewananmu, keadilanmu, atau karena kezuhudanmu?” Khalifah Umar pun menjawab, “Tak lama setelah kalian menguburku dan menimbunku dengan tanah, lalu kalian meninggalkanku sendirian, datanglah kepadaku dua malaikat yang sangat menyeramkan wujudnya. Akalku pun melayang dan sendi-sendi tulangku gemeteran begitu melihatnya. Keduanya lantas memegangku, mendudukan, dan hendak menanyaiku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara gaib berkata, Tinggalkanlah hambaKu itu dan jangan kalian berdua menakutinya. Sesungguhnya Aku menyayanginya dan telah Kuampuni dosa-dosanya. Sebab di dunia dulu ia menyayangi seekor burung, sehingga Aku pun menyayangi di akhirat ini.”
Kisah diatas memberikan pesan moral yang penting bagi kita semua, untuk mencintai makhluk Tuhan penuh dengan ketulusan. Rahmat Tuhan diberikan kepada hambanya salah satunya melalui kepedulian seorang manusia terhadap makhluknya seperti binatang dan tumbuhan. Amat banyak kisah, yang dapat menggetarkan kita semua dan tergambar dalam kisah di atas. Kepada burung ‘emprit’ saja kita dituntut mencintainya. Apalagi sesama manusianya?
Ketika kabar hoax semakin bertebaran dan banjir fitnah dimana-mana menandakan krisis keimanan sudah sedemikan dahsyat. Dalam konteks banjir fitnah, Rasullulah Saw. Pernah berucap doa, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari sifat malas dan umur terlalu tua, dari segala dosa, hutang, fitnah kubur dan azab kubur, dari fitnah neraka dan azabnya, dari bahaya fitnah kekayaan, aku berlindung kepadaMu dari bahaya fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepadamu dari fitnnah Dajjal.” Selanjutnya, “Ya Allah, bersihkan diriku dari segala kesalahan dengan air, dengan air salju dan air mawar, bersihkan pula jiwaku dari segala kesalahan seperti bersihnya kain putih dari kali, dan jauhkan kesalahanku seperti jauhnya jarak antar timur dan barat”.
Dalam konteks inilah, menggugah kita semua dan mengajak antar sesama untuk mengendalikan diri menjadi penting. Tidak selayaknya seorang Muslim-Muslimah melakukan cara-cara yang melanggar norma agama.
Membina diri sendiri untuk tidak mudah menyebarkan kabar hoax dalam hal ini menjadi penting. Apalagi ikut melakukan menyebar fitnah. Nabi Muhammad Saw. Panutan kita bersabda, “Para penyayang akan disayangi oleh Sang Maha Penyayang. Maka sayangilah semua makhluk yang di mukabumi, niscaya kalian akan disayangi oleh siapapun yang ada di langit.” (HR. Abdullah Ibn Umar).