Tebuireng.co – Ustadz Arrazy Hasyim menempuh pendidikan di tiga tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Salah satunya yaitu Darus Sunnah milik KH Ali Mustofa Yaqub, alumni Tebuireng.
Di pesantren ini, Ustadz Arrazy Hasyim mengkhatamkan enam kitab hadits yang menjadi standar keilmuan ulama muhadditsin, yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Selain itu, dia juga mengambil jurusan Aqidah dan Filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hal ini pula yang membuat pakar hadits asal Minangkabau ini memiliki ilmu yang sangat dalam dan luas. Nama Arrazy Hasyim kini dicari banyak orang, karena konten kajiannya yang mencerahkan.
“Selama 2006-2008, dalam waktu bersamaan sebenarnya saya menempuh tiga model pendidikan, yaitu di UIN Jakarta, kedua Darus Sunnah khusus hadits, dan ketiga Azhari-Damaskiyah,” jelasnya seperti dikutip dari Republika.co.id, Rabu (16/6).
Dikatakannya, perjalanannya menuntut ilmu di Darus Sunnah membuat ia memiliki hubungan yang dekat. Ia mengaku belajar ke Kiai Ali Mustofa sejak 2004 hingga 2016.
“Setelah sukses ketiganya, baru S2 dan S3 saya lanjut di UIN Jakarta,” imbuhnya.
Menurut Arrazy Hasyim, perkenalannya dengan KH Ali Mustofa Yaqub mengantarkannya untuk mengenal tokoh-tokoh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Secara tidak langsung ilmunya juga bersambung ke Tebuireng lewat Kiai Ali Mustofa.
Baca juga: Resensi Buku Ustadz Arrazy Hasyim
Dalam ceritanya yang bersumber dari sang guru, Kiai Ali Mustofa pernah belajar selama 9 tahun kepada murid-murid utama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asy’ari.
Arrazy kemudian menyebut nama tokoh Tebuireng seperti KH Syansuri Badawi dan KH Idris Kamali. Hal ini pula yang membuat ia memantapkan diri berada di jalur Ahlussunnah Wal Jama’ah.
“Aswaja menurut saya mempunyai silsilah dan sanad yang kuat, bahkan mutawattir. Dalam pencarian kita alhamdulillah sejak 2006, saya mantap betul memperdalam Aswaja dan membela,” katanya.
Nama dibelakang Ustadz Arrazy Hasyim dinisbatkan kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dia pun mengagumi Mbah Hasyim sebagai salah satu muhaddits nusantara. Karena, menurut dia, Mbah Hasyim telah membawa salah satu sanad yang berkelas poros Makkah ke negeri ini.
“Syekh Yasin Al Fadani juga pernah mengambil sanad ijazah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari,” ujar Arrazy Hasyim.
Arrazy mengatakan dalam dakwah tidak boleh mengkafirkan orang lain dan membid’ahkan amalan. Dalam konten dakwahnya, anjuran tersebut selalu disampaikan kepada jama’ahnya.
“Insya Allah jalan Aswaja jalan yang diridhai Allah dan Rasulullah, namun kita tidak boleh mengkafirkan orang, membidahkan orang kecuali sebatas yang dibolehkan syariat,” tutupnya