tebuireng.co – Apa panggilan Fatimah untuk sang Ayah, Nabi Muhammad Saw? Menjawab pertanyaan ini, dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari KH A Musta’in Syafi’ie mengatakan bahwa Fatimah tidak pernah memanggil dengan panggilan bapak atau ayah.
Hal ini disampaikannya saat muktamar pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari di Universitas Islam Malang (Unisma) Kota Malang, Ahad (23/1/2023).
“Sayidah Fatimah radliyallahu anha, putri Hadraturrasul Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tak pernah memanggil Rasul dengan panggilan bapak atau ayah, tapi dengan panggilan Ya Rasulallah,” jelasnya.
Kiai Musta’in menambahkan, panggilan tersebut tidak hanya dilakukan oleh Fatimah, tapi istri-istrinya Rasulullah juga memanggil suaminya dengan panggilan Ya Rasulallah.
Dikatakan, dalil sikap ini adalah ayat Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 40:
ما كان محمد أبا احد من رجالكم، ولكن رسول الله وخاتم النبيين.. (الأحزاب ٤٠)
Artinya: Rasul Muhammad bukanlah bapak dari salah satu kalian, tapi Nabi Muhammad adalah Rasulullah dan khotamun nabiyyin.
“Lewat ayat ini, santri Tebuireng seharusnya tidak memanggil Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dengan panggilan Mbah Hasyim,” tegas Kiai Musta’in.
Dialog Rasulallah dan Fatimah
Pada hari wafatnya Rasulullah Saw, Senin, 12 Rabiul Awal, Fatimah, mendatangi Rasul dan duduk di sebelah kanan Rasulullah.
“Selamat datang wahai putriku,” sapa Rasulullah.
Lalu Nabi Muhammad membisikkan sesuatu kepada Fatimah, seketika Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan seketika itu pula Fatimah tertawa. Fatimah memanggil ayahnya dengan Rasulullah di dialog ini.
“Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu?” Tanya Aisyah. Di sini Aisyah juga memanggil Nabi Muhammad dengan panggilan Rasulullah.
“Pertama, Rasulullah membisikkan kepadaku, bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini mungkin pertanda ajalnya sudah dekat. Makanya aku menangis,” jawab Fatimah.
Lalu Fatimah melanjutkan, “Yang kedua, Rasulullah menanyakan, Apa kamu bersedia menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah engkau menjadi ibu bagi orang-orang yang beriman (ummahatulmukminin)?’ Dan aku tertawa haru mendengar pertanyaan itu,” tandas Fatimah.
Ini adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya, Fatimah. Dari sini kita tahu apa panggilan Fatimah ke sang ayah.