Ramai kembali dibicarakan baik di jagat media sosial maupun dilingkungan masyarakat saat ini, terkait menguatnya pernyataan viral kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita yang menuturkan lumpuhnya Jakarta akibat bencana besar Megathrust.
Sontak publik dikagetkan usai Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono yang menyinggung kegelisahan ilmuwan Jepang terkait bencana Megathrust Nankai yang saat ini pula sedang dirasakan oleh para ilmuwan Indonesia pada akun pribadinya pada paltform X Minggu (11/08/24). Beliau menyebutkan terkait bahaya yang ditimbulkan oleh Megathrust Nankai yang bisa memicu tsunami sebab termasuk zona yang sangat aktif.
“Jika gempa dahsyat di Megathrust Nankai tersebut benar-benar terjadi dan menimbulkan tsunami maka hal ini perlu kita waspadai, sebab tsunami besar di Jepang bisa menjalar ke wilayah Indonesia” tuturnya pada media Antara Selasa (13/08/24)
Lalu sebenarnya apa Megathrust itu, apa hubungannya dengan Indonesia jika sebelumnya terjadi di Jepang?
Dilansir dari laman kompas.com ada Kamis (15/08/24), gempa Megathrust adalah gempa bumi berskala sangat besar yang terjadi di zona subduksi, yang mana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya.
Kemudian kedua lempeng saling bersentuhan dan bergerak maju satu sama lain, menyebabkan penumpukan regangan melebihi kekuatan gesekan antara dua lempeng sehingga menyebabkan gempa Megathrust yang bermuatan skala besar.
Diketahui, sumber gempa Megathrust terletak di dasar laut, sehingga mempersulit pengamatan memdetail sumber potensi gempa berdasarkan hitungan seismik, geologi dan geodetik. Mengutip dari laman detik.com pernyataan salah satu ahli geologi Spanyol terkait dahsyatnya kekuatan gempa ini.
“Satu gempa bumi Megathrust ini setara dengan energi yang dilepaskan oleh 32.000 bom nuklir Hiroshima” ujar Raul Perez Lopez ahli geologi di Geological and Mining Institut di Spanyol.
BMKG hingga kini masih terus menyebarkan sinyal tanda bencana. Sebab konsekuensi setelah bencana pun besar dampaknya bagi keberlangsungan hidup, tidak hanya bagi daerah subduksi yang terdampak kerusakan melainkan daerah sekitarnya juga terdampak bencana.
Penulis: Naffisa Izzah
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Amalan yang Dianjurkan ketika Terjadi Gerhana Matahari