Mencintai tanah air atau yang biasa disebut nasionalisme adalah sifat yang semestinya dimiliki oleh setiap bangsa. Dalam Islam, cinta kepada tanah air merupakan hal yang dianjurkan karena dicontohkan oleh Rasulullah dalam hadisnya. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang menjelaskam ungkapan rasa cinta Rasulullah terhadap tanah kelahirannya yakni Makkah dalam perjalanannya menuju Madinah ketika diusir oleh kaumnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
“Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban).
Setelah pindah ke Madinah, Rasulullah juga menunjukkan kecintaanya terhadap Madinah yang sudah menjadi tanah air dan tempat tinggalnya. Seperti yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
“Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi Saw ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah” (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
Dalam kitab Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari dijelaskan bahwa di dalamnya hadis tersebut terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan Madinah serta (petunjuk) atas disyariatkannya cinta tanah air dan rindu padanya.
Kecintaan terhadap Madinah juga terekam dalam do’a Rasulullah yang disebutkan dalam Sahih Bukhari
حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau lebih darinya” (HR al-Bukhari).
Di Indonesia, semangat dalam mencintai tanah air dituntut dan didukung oleh berbagai tokoh baik kalangan nasionalis ataupun Pesantren. Seperti yang dilakukan oleh tokoh asal Pesantren yang juga menjadi pahlawan nasional yakni KH Abdul Wahab Chasbullah. Ia menciptakan lagu Ya Lal Wathan atau yang akrab dikenal syubbanul wathan dengan tujuan melahirkan benih-benih cinta kepada tanah air sehingga bisa memicu energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas.
Lagu tersebut kemudian dijadikan lagu perjuangan nasional karena terbukti membangkitkan cinta tanah air dan nasionalisme yang kuat dalam dada para pejuang terutama anak-anak muda.
Dengan demikian, mencintai tanah air merupakan anjuran yang memiliki dalil karena telah dicontoh oleh Rasulullah agar bisa diteladani oleh umatnya.
Penulis: Thowiroh
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Menjaga Kemerdekaan Indonesia