Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan penuh berkah, Ramadan juga menjadi kesempatan emas untuk meningkatkan ibadah dan memperbaiki diri. Salah satu amalan yang dianjurkan oleh para ulama adalah memperbanyak niat baik. Sebab, dengan niat yang tulus dan benar, setiap aktivitas yang dilakukan dapat bernilai ibadah dan mendatangkan pahala berlipat ganda.
Niat memiliki kedudukan yang penting karena bisa menjadi penentu sebuah perbuatan akan mendapat pahala atau dosa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Artinya : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari)
Para ulama juga mengajarkan untuk memasang banyak niat baik utamanya ketika bulan Ramadan, salah satunya yakni Al-Habib Abu Bakar Al-Adni Al-Masyhur. Ulama asal Tarim ini mengajarkan niat sebagai berikut ketika bulan Ramadan:
نَوَيْنَا مَانَوَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالسَلَفُ الصَّالِحُ مِنْ آلِ الْبَيْتِ الكِرَامِ وَالصَّحَابَه الأَعْلَامِ وَنَوَيْنَا القِيَامَ بِحَقَّ الصِيَامِ عَلَى الوَجْهِ الَّذِي يُرْضِي المَلِكُ العلام وَنَوَيْنَا المُحَافَظَةَ عَلَى القِيَامِ وَحِفْظِ الجَوَارِحِ عَنِ المَعَاصِي وَالآثَامِ وَنَوَيْنَا تِلَاوَةَ القُرْآنِ وَكَثَرَة الذِكْرِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيّدِ الأَنَامِ وَنَوَيْنَا تَجَنُّبَ الغِيْبَةِ وَالنَّمِيمَةِ والكَذِب وَأَسْبَاب الحَرَامِ وَنَوَيْنَا كَثرَةَ الصَّدَقَاتِ وَمُوَاسَاةِ الأَرَامِل وَالفُقَرَاءِ وَالأيْتَامِ وَنَوَيْنَا كَمَالَ الإِلْتِزامِ بِآدَابِ الإِسْلَامِ وَالصَّلاةِ فِي الجَمَاعَةِ فِي أَوْقَاتِهَا بِانْتِظَامِ وَنَوَيْنَا كُلَّ نِيَّةِ صَالِحَةِ نَوَاهَا عِبَادُ اللهِ الصَّالِحُوْنَ فِي العشر الأوائِلِ وَالأوَاسِطِ وَالأوَاخِرِ وَلَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي سَائِرِ اللَّيَالِي وَالأَيَّامِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
“Kami niat sebagaimana niat Nabi SAW dan para salafunasaleh dari para ahlulbait nabi yang mulia dan para sahabat yang agung. Kami niat melaksanakan puasa dengan sesempurna mungkin yang membuat rido Allah SWT, raja semesta alam. Kami niat menjaga salat tarawih dan menjaga anggota badan dari segala maksiat dan dosa. Kami niat rutin membaca alqur’an dan memperbanyak dzikir serta sholawat pada nabi Muhammad, pemimpin manusia dan menjauhi ghibah, adu domba , berdusta dan segala hal yang menyebabkan perkara yang haram dan dosa. Kami niat banyak bersedekah dan menyantuni para janda, orang fakir juga anak yatim. Kami niat menjaga dengan sebaik-baiknya akhlak-akhlak yang diajarkan dalam Islam serta menjaga salat jama’ah tepat pada waktunya dengan sempurna. Kami niat dengan semua niat-niat baik yang telah di niatkan para sholihin di 10 hari pertama, 10 hari kedua serta 10 hari terakhir dan malam lailatul qodar juga di setiap malam dan harinya.”
Habib Muhammad bin Alwi Al-Haddad menjelaskan bahwa niat bisa menjadi wasilah datangnya pertolongan Allah. Sehingga dengan memperbanyak niat untuk melakukan kebaikan maka Allah akan menolongnya untuk merealisasikan apa yang diniatkan dalam hati.
Keutamaan untuk selalu memasang niat yang baik juga dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Bukahari
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ همَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعَ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ
“Siapa yang berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan hingga dilipatgandakan tujuh ratus kali, bahkan dilipatgandakan pada jumlah yang sangat banyak” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memperbanyak niat baik utamanya di bulan Ramadan, dimana semua amal kebaikan pahalanya dilipatgandakan.
Baca juga: Ngaji Pasaran Tebuireng: Menghidupkan Ilmu saat Ramadan