Amalan di bulan Sya’ban menurut Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani dalam kitabnya Madza Fii Sya’ban.
Kitab yang berjudul Madza Fii Sya’ban (Ada apa di bulan Sya’ban?) memuat berbagai hal seputar bulan Sya’ban termasuk amalan yang biasa dikerjakan umat muslim di dalamnya dengan disertai dalil-dalil baik dari Al-Qur an maupun hadis.
Seperti diketahui bahwa bulan Sya’ban dengan segala amalan yang kerap dilaksanakan umat muslim di dalamnya memiliki pro dan kontra. Dalam kitab Madza Fii Sya’ban, Sayyid Muhammad menuliskan pandangannya terkait fenomena tersebut yang seringkali disebut bid’ah oleh beberapa kelompok.
Dalam kitabnya, Sayyid Muhammad mengawali penjelasan tentang bulan Sya’ban mengenai peristiwa penting yang terjadi di dalamnya. Seperti turunnya ayat tentang perintah bersholawat kepada Nabi Muhammad saw, berpindahnya arah kiblat umat muslim dari Baitul Maqdis ke Baitullah serta diangkatnya rekapitulasi amal manusia selama satu tahun pada pertengahan bulan Sya’ban atau yang sering disebut Nisyfu Sya’ban. Hal ini menjadi isyarat bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan yang mulia dengan adanya peristiwa penting yang terjadi di dalamnya.
Dalam kitab tersebut, Sayyid Muhammad juga menjelaskan tentang keutamaan amalan-amalan yang bisa dilakukan umat muslim di bulan Sya’ban seperti memperbanyak membaca sholawat, memperbanyak membaca Al-Qur an, memperbanyak membaca kalimat tauhid dan istighfar utamanya di malam nisyfu Sya’ban serta doa khusus yang bisa dibaca di bulan Sya’ban.
Dalam setiap penjelasannya, Sayyid Muhammad turut menyertakan dalil baik dari Al-Qur an, hadis dan pendapat ulama. Menurut Sayyid Muhammad, meski tidak sedikit hadis yang termuat dalam kitabnya tergolong dloif, namun ia menegaskan bahwa pada dasarnya mengamalkan hadis dloif untuk fadhoilul a’mal tidak dipermasalahkan.
Seperti yang telah menjadi kesepakatan para ulama ahli hadis dan fiqh tentang diperbolehkannya mengamalkan hadis dloif dalam hal fadloil a’mal, targhib wat tarhib (anjuran dan larangan) bukan dalam hal yang berkaitan dengan hukum dan sesamanya, selama hadis tersebut tidaklah sangat dloif.
Beberapa ulama lain yang berpendapat tentang bolehnya menggunakan hadis dloif dalam hal fadloilul a’mal yang dijadikan rujukan oleh Sayyid Muhammad adalah seperti Imam Romli, Izzudin bin Abdi serta Imam Ibnu Hajar Al-Haitami.
Meski demikian, Sayyid Muhammad juga selektif dalam memilih hadis dloif sebagai dalil yang diditulis dalam kitabnya. Dalam bab lainnya, ia juga menjelaskan mengenai hadis-hadis yang seharusnya ditolak dan tidak boleh diamalkan seperti hadis mengenai amalan melaksanakan shalat sunnah 100 rakaat dengan membaca surat Al Fatihah dan surat Al Ikhlas sebelas kali di setiap rakaat yang dilakukan pada malam nisyfu Sya’ban karena dinilai hadis tersebut adalah maudlu’ (Palsu). Wallhua’lam.
Baca juga: Anjuran Memperbanyak Membaca Sholawat di Bulan Sya’ban