Aksi Jepang dalam pembuangan limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik tuai banyak protes dan kritik publik. Protes terhadap upaya Jepang dikemukakan oleh beberapa negara seperti China dan masyarakat Korea Selatan.
Fenomena pembuangan limbah nuklir tersebut dilakukan Jepang setelah terjadinya gempa bumi besar dan tsunami pada tahun 2011 yang menewaskan sekitar 18.000 orang dan membuat tiga reaktor di fasilitas Fukushima-Daiichi di timur laut Jepang mengalami kehancuran.
Dalam pembuangan limbah nuklir tersebut nantinya akan dilakukan secara bertahap dengan empat kali pelepasan yang dimulai sejak kamis, 23/08/23 dan akan berakhir pada Maret 2024 mendatang. Limbah pertama yang dilepaskan sekitar 7.800 meter kubik atau setara dengan sekitar 540 kolam renang olimpiade ke laut Pasifik dan membutuhkan waktu selama 17 hari.
Fenomena tersebut diasumsikan oleh beberapa negara akan sangat berbahaya karena berpotensi menimbulkan pencemaran air laut yang akan berdampak pada perairan laut di negara-negara yang menjadi arus laut pasifik. Meski begitu, Jepang tetap bersikeras mengatakan bahwa semua unsur radioaktif dalam limbah telah disaring kecuali tritium yang kadarnya tidak berbahaya dan lebih rendah daripada yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi.
Seperti yang dikatakan oleh Tom Scott dari Universitas Bristol di Inggris yang menjelaskan bahwa limbah nuklir yang mengandung tritium dan dilepaskan ke laut pasifik nantinya akan terdilusi lebih lanjut ke dalam perairan yang luas dan dengan cepat akan mencapai tingkat radioaktivitas yang tidak jauh berbeda dari air laut normal sehingga kemungkinan risikonya akan sangat kecil dan bahkan risiko tersebut akan terus menurun seiring berjalannya waktu dikarenakan waktu paruh radioaktif yang relatif singkat.
Namun, penjelasan tersebut tidak cukup meyakinkan dan tetap membuat khawatir adanya pencemaran air laut yang nantinya akan mengancam beberapa laut di beberapa negara.
Seperti yang dikemukakan oleh China bahwa pihaknya sangat tidak mendukung upaya yang dilakukan Jepang dalam membuang limbah. Menurutnya, Jepang seakan memperlakukan Pasifik seperti saluran pembuangan. Pihaknya menyarankan agar sebaiknya air limbah tersebut dilepaskan ke atmosfer dengan cara diuapkan.
Tidak hanya China, masyarakat Korea Selatan juga turut khawatir. Mereka melancarkan protes atas proyek pembuangan air radioaktif yang dilakukan oleh Jepang.
Baca juga: Lahirkan Leaders’ Declaration, Indonesia Sukses Gelar KTT G20