tebuireng.co – Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun Sekolah Menengah Atas (SMA) Trensains Pesantren Tebuireng 2 menampilkan orasi ilmiah Prof Agus Purwanto, tokoh Muhammadiyah yang sekaligus tokoh pengembang sains di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Di atas panggung yang cukup besar, Prof Agus menjelaskan jika sebenarnya Milad Trensains adalah 23 Agustus, tapi baru bisa diperingati tanggal 26 Agustus 2023. Milad kali ini merupakan peringatan ke-9.
“Harusnya diperingati pada tanggal 23 Agustus, tapi baru bisa sekarang,” jelas Prof Agus saat orasi ilmiah Harlah ke-9 SMA Trensains di Tebuireng 2, Jombok, Kecamatan Ngoro, Jombang, Sabtu (26/8/2023).
Sembilan tahun berlalu, sejak Trensains berdiri dan jadi bagian dari Pesantren Tebuireng, ragam cerita menghiasi perjalanannya. Berbagai proses, suka duka mewarnai perjalanan Trensains. Semua hal tersebut jadi satu mengiringi kebesaran Trensains.
Bila melihat latar belakang Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh KH M Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan latar belakang Prof Agus Purwanto yang merupakan kader Muhammadiyah sejati, banyak yang kaget ketika pengasuh Pesantren Tebuireng (2006-2020) KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) melakukan kerjasama pendirian Trensains dengan Prof. Agus Purwanto, D.Sc.
Betapa tidak kaget, Prof Agus merupakan guru besar fisika teoritik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang juga aktif di Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
“Visi Trensains yaitu melahirkan generasi yang memegang teguh Al-Qur’an dan sunah, mencintai dan mengembangkan sains, dan mempunyai kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak,” katanya.
Melihat rekam jejak Prof Agus, bisa dikatakan bahwa kerjasamanya dengan Gus Sholah merupakan miniatur kerjasama organisasi Islam NU dan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
Pilihan KH Salahuddin untuk bekerjasama dengan Prof Agus Purwanto memang tepat, secara keilmuan juga matang. Karena setelah dari ITB, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Hirosima, Jepang. Lulus S2 di Jepang pada tahun 1999 dan S3 pada tahun 2002.
“Misi Trensains yaitu menyelenggarakan pendidikan yang menanamkan pemahaman kecintaan santri pada Al-Qur’an dan Hadis. Menyediakan lingkungan untuk sikap ilmiah, logis filosofis,” ungkap alumni Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini.
Setelah melewati proses rapat dan temu secara rutin. SMA Trensains kemudian diresmikan pada tanggal 23 Agustus 2014 oleh Menteri Agama RI, H Lukman Hakim Saifuddin. Gedung asrama sekaligus sekolahnya berada di Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
SMA Trensains didirikan di atas lahan seluas 4 hektar, pada tahun ajaran baru 2014 telah menerima sebanyak 120 siswa. SMA Trensains sendiri merupakan penggabungan sistem pendidikan agama dan sains yang selama ini masih belum ada.
Trensains didesain khusus dan berkonsentrasi pada sains dengan berbasis pemahaman dan nalar ayat ayat semesta.
SMA Trensains Tebuireng merupakan lembaga pendidikan yang mengimplementasikan gagasan konsep Prof Agus Purwanto, D.Sc dalam wacana perkembangan islamisasi ilmu kontemporer dengan menempatkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan (epistemologi ilmu).
“Trensains terdiri dari dua kata, Pesantren dan Sains. Bukan sekedar sains masuk ke kurikulum saja. Namun, ada interaksi antara agama dan sains. SMA Trensains juga diajarkan pengantar filsafat,” imbuhnya.
Agus menambahkan, pengembangan kurikulum SMA Trensains diarahkan untuk memfasilitasi gagasan-gagasan tersebut pada implementasi tataran, serta diarahkan untuk mewujudkan amanat undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003.
Sesuai dengan namanya, lembaga pendidikan ini menerapkan konsep “Trensains” dalam penyelenggaraan pendidikannya yang bertujuan untuk mengkaji ilmu pengetahuan kealaman mendalam secara, baik melalui pembelajaran, penelitian ilmiah maupun percobaan-percobaan ilmiah yang mengacu pada 800 ayat kauniyah.
“Interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas Trensains yang tidak ada di sekolah-sekolah di pesantren modern,” ujarnya.
Ide pendirian SMA Trensains di Pesantren Tebuireng bermula dari keinginan Gus Sholah membangkitkan sains di pesantren. Di zaman dahulu, Islam memiliki pengaruh yang luar biasa dalam bidang sains.
Ahli sejarah menyebut, Islam memiliki peradaban gemilang yang dikenal dengan the golden age (masa keemasan Islam) dalam bidang sains dan teknologi.
Sebut saja al-Khawarizmi, sang penemu angka nol dan al-goritma yang menulis buku al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Kompendium tentang Hitung al-Jabar dan Persamaan) di tahun 850 M.
Di Fisika, ada Ibnu Haitsam/al-Hazen di tahun 1039 M yang meneliti optika dan menuliskannya dalam Kitab al-Manazir (Kamus Optika) sebanyak 7 jilid yang membantah teori Aristoteles serta Ptolemaeus yang akhirnya juga mempengaruhi temuan Keppler, Roger Bacon dan Leonardo Da Vinci belakangan.
Sayangnya, hal tersebut makin tenggelam. Tokoh-tokoh ilmuwan Islam justru tenggelam digantikan tokoh barat yang muncul sesudahnya.
Melihat fenomena ini, Gus Sholah ingin kembali mengulang kejayaan itu dengan membuat Pesantren Sains, atau lebih dikenal dengan Trensains.
Dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Orasi ilmiah berjudul “Teori Kuantum dari al-Ghazali hingga Einstein, dari Kehendak Bebas Tuhan hingga Teleportasi Multi-Qubit” ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Prof Agus menyebut bahwa ketertinggalan umat Islam dalam hal IPTEK tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah sepuluh abad silam. Al-Ghazali berikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama (naqli) yang sedang terancam oleh ilmu-ilmu rasional (‘aqli).
Serangan al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah sangat telak dan efektif hingga saat ini. Setelah serangan tersebut, dunia Islam sunni melihat filsafat dengan penuh curiga bahkan dilarang di beberapa tempat.
“Karena itu, ikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu rasional juga harus menggunakan pendekatan dan argumen agama. Ilmu-ilmu rasional astronomi, biologi, fisika, kimia dan terapannya bukanlah ilmu profan (sekuler) melainkan pesan dan tugas keagamaan,” beber Agus.
Di tahun 2011, ide untuk mendirikan Trensains pun dimulai. Berbagai pembicaraan tentang pendirian sekolah, konsep hingga kurikulumnya mulai dibahas. Bahkan, Gus Sholah sudah merencanakan akan memulai sekolah di tahun 2013.
Ide itu bersambut ketika, tokoh yang akrab disapa Gus Sholah ini membaca buku Nalar Ayat-ayat Semesta (NAS) dan Ayat-ayat Semesta (AS) karangan Profesor Agus Purwanto. Dalam buku ini terdapat 800 ayat kauniyah yang menjelaskan tentang sains keislaman.
Setelah membaca buku tersebut, Gus Sholah bertambah ingin membuat unit pendidikan yang bisa membangkitkan kembali kejayaan Islam. Dari situlah kemudian komunikasi Gus Sholah dan Prof Agus bermula.
“Buku saya muncul di Frankfurt Book Fair 2014, ada Pengantar Fisika Kuantum (1997), Metode HIKARI: Arab Gundul, Siapa Takut? (2005), Fisika Kuantum (2006), dan Fisika Statistik (2007),” jelasnya
Tahun 2012, calon guru dan calon tenaga administrasi Trensains dikumpulkan dan diberi buku NAS dan AS karya Profesor Agus untuk ditelaah.
Kemudian Gus Sholah mengajak perwakilan guru untuk bertemu dengan Profesor Agus di RM Agis Surabaya. Berbincang tentang konsep sekolah yang diharapkan. Dari sana disepakati, Trensains yang didirikan harus berada level SMA.
Apa yang dipelajari oleh para siswa diharapkan menjadi embrio untuk kajian-kajian berikutnya dan menjadi hipotesis penelitian-penelitian di level yang lebih tinggi. Sebagaimana visinya “Excelent in Qur’an and Science,”
“Salah satu misi Trensains yaitu mengantar santri untuk menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi dalqam bidang kealaman,” tandasnya.
Oleh: Syarif Abdurrahman