KH Wahab Hasbullah merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai keahlian relatif lengkap. Ulama, politisi, pendekar dan menguasai banyak ilmu kesaktian. Seperti ilmu penataan atau peluruh ilmu musuh, guntur saketi dan ilmu-ilmu linuwih lainnya. Selain itu, KH Wahab Hasbullah juga mengusai banyak hizib yang biasa diamalkan sehari-hari.
Menurut buku ‘Tambakberas, Menelisik Sejarah Memetik Uswah’ yang merujuk cerita Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Bahrul Ulum Tambakberas KH Irfan Sholeh, salah satu kehebatan KH Wahab Hasbullah yaitu ketika adu kesaktian dengan Presiden pertama RI Soekarno (Bung Karno). Sebagaimana diketahui, KH Wahab Hasbullah punya kedekatan yang luar biasa dengan Bung Karno. Bisa dibilang lebih akrab jika dibandingkan dengan Presiden Suharto.
Kedekatan KH Wahab Hasbullah dan bung Karno terekam dalam beberapa peristiwa. Kedua tokoh ini besar bersamaan sejak sebelum Indonesia merdeka hingga pekikan kemerdekaan bebas disuarakan di Indonesia. Saking dekatnya, keduanya sering saling terlibat diskusi dan kadang juga saling menunjukkan sisi usilnya. Seperti peristiwa uji kesaktian yang dilakukan Bung Karno ke santri kesayangannya KH M Hasyim Asy’ari itu. Saat itu akan dilaksanakan rapat memutuskan sebuah permasalahan negara. Semua tokoh yang diundang sudah berkumpul dalam suatu ruangan, tinggal menunggu Bung Karno. Tak berselang lama kemudian sang proklamator itu datang dan tiba-tiba menghampiri KH Wahab Hasbullah yang lagi duduk dengan sambil menepuk bahu KH Wahab Hasbullah.
Bung Karno yang terkenal dengan kharismanya yang luar biasa itu menepuk bahu KH Wahab Hasbullah, ketika itu Bung Karno menepuk sambil berkata ‘ikut pendapatku’. Maksudnya Bung Karno saat itu agar KH Wahab Hasbullah berada di pihaknya saat rapat nanti dan tidak menyangkal pendapatnya. Ajaib, setelah mendapat tepukan bahu dari Bung Karno, mendadak tubuh KH Wahab Hasbullah terkunci layaknya patung dan tidak bisa digerakkan. Bahkan mulutnya tak sanggup lagi berucap sepatah kata pun. Peristiwa aneh ini dialami KH Wahab Hasbullah sekitar sepuluh menit. Selama itu pula KH Wahab tak ubahnya patung di ruang rapat.
Meskipun diam mematung, kesadaran KH Wahab Hasbullah tidak hilang, ia berusaha melawan dengan menggerakkan tubuhnya, tapi gagal. Tidak kehabisan akal, kiai asal Jombang ini lalu membacakan hizib di dalam hatinya agar bisa lepas dari trik Bung Karno. Selama KH Wahab Hasbullah terdiam mematung, Soekarno pura-pura tidak memperhatikan dan keliling menyalami para tamu satu persatu dengan penuh senyum.
Usaha Kiai Wahab tidak sia-sia, setelah melafalkan beberapa hizib akhirnya KH Wahab bisa lolos dari sikap kaku bak patung. Tanpa banyak bicara, KH Wahab langsung berdiri dan mendekati Soekarno yang baru saja duduk di kursinya. Tak mau kalah, KH Wahab lalu melakukan hal yang sama yaitu menepuk pundak Bung Karno sambil berkata, ‘aku punya pendapat sendiri!, kata tokoh Pondok Pesantren Bahrul Ulum ini.
Saat mendekati sampai menepuk pundak Bung Karno, KH Wahab Hasbullah membaca beberapa hizib, efeknya adu kesaktian terjadi di sini. Sejurus kemudian Bung Karno langsung terdiam sekitar 30 menit tanpa bisa bergerak, sama seperti yang dialami KH Wahab Hasbullah sebelumnya. Peserta rapat pun heran dengan bahasa tubuh Bung Karno yang tampak seperti patung dan membuat peserta rapat saling bertanya, tapi tak berani menegur. Di sisi lain, KH Wahab Hasbullah tampak santai menikmati ruangan yang penuh tanda tanda.
Menurut Kiai Irfan, adu sakti antara kedua tokoh ini bukan petarungan jelek. Namun, menunjukkan keakraban dalam bentuk lain. Yang pasti gurauan itu tidak merugikan negara malah membuat permasalahan negara banyak terpecahkan lewat gurauan keduanya. Ini juga ciri khas tokoh-tokoh Indonesia yang selalu bisa rukun dan akrab dalam kondisi politik hangat.
Setelah kejadian itu, hubungan KH Wahab dan Bung Karno semakin akrab dan sering diskusi dalam berbagai masalah negara. Keduanya juga mengakui kelebihan masing-masing. Sebagai pemimpin, Bung Karno sering meminta doa ke Kiai Wahab. Meskipun Soekarno pernah jadi pengurus Muhammadiyah dan KH Wahab Hasbullah adalah tokoh sentral Nahdlatul Ulama, tapi hubungan keduanya tetap akrab.
Soekarno sendiri resmi menjadi kader Muhammadiyah di tahun 1930. Bahkan Soekarno setelah itu, menjadi pengurus majelis pendidikan dasar dan menengah milik Muhammadiyah di Bengkulu. Soekarno pun lantas beristrikan Fatmawati, seorang kader Aisyiah- organ Muhammadiyah, yang juga anak tokoh Muhammadiyah Bengkulu. Fatmawati sendiri merupakan ibu dari sejumlah tokoh salah satunya Megawati Soekarnoputri.
Sementara itu, KH Wahab Hasbullah termasuk pendiri NU bersama sang guru Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari. Kiai Wahab sempat belajar di Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan Kiai Hasyim Asy’ari selama empat tahun. Bahkan jiwa kepemimpinannya sudah dilatih di sini dengan menjadi lurah Pondok Pesantren Tebuireng.