tebuireng.co- Kisah tentang kecintaan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Imam Ahlussunnah Waljamaah Abad 21 terhadap orang-orang Jawa (baca Indonesia) dituturkan oleh Kiai Thoifur Mawardi dalam acara Haul Ke 18 Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki di PP. Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri pada Sabtu malam Ahad (23 April 2022). Lebih detail, Kiai Thoifur menceritakan bahwa Abuya lebih memilih menampung santri dari Jawa untuk tinggal di dalam pondok, baik saat masih berada di distrik Utaibiyah maupun saat berada di kawasan Rushaifah Makkah saat ini. Sementara santri dari luar negeri, disewakan rumah di luar oleh Abuya dan tidak tinggal di dalam ma’had.
“Orang-orang Jawa (Indonesia) itu akhlaknya baik, iktikad (keyakinan) nya juga baik. Jangan dicampur dengan orang dari luar negeri. Kalau dicampur, nanti orang-orang Jawa akan ketularan tidak baik.” Beginilah dawuh Abuya Al Maliki seperti yang ditirukan oleh Kiai Thoifur.
Kiai asal Purworejo yang masyhur sebagai santri seringkali ditunjuk oleh Abuya Al Makiki untuk menjadi penghubung komunikasi dengan Kanjeng Nabi ini menjelaskan bahwa orang-orang Jawa itu memang luar biasa. Akhlaknya. Keyakinannya. Bagaimana mereka menghormati para ulama, dan bagaimana pula mereka mencintai para dzurriyah Nabi. Sangat luar biasa. Tak heran jika Abuya Al Maliki sangat mencintai orang-orang Jawa.
Mengenai metode dakwah Abuya Al Maliki, Kiai Thoifur menegaskan bahwa gurunya mengedepankan hikmah dalam berdakwah. Karena metode hikmah ini lebih mudah diterima oleh orang awam, bahkan oleh lintas tingkatan. Beda dengan metode “mauidzah” yang terkadang orang-orang awam tidak mudah untuk mencerna. Maka, dengan hikmah, mulai dari yang awam hingga intelektual, akan menerimanya.
“Suatu ketika, saat itu saya masih ngaji ke Abuya di Makkah, seorang Menteri Perencanaan di Saudi sedang merencanakan pembuatan jalan tol. Kebetulan jalan tol tersebut melintas di makam Sayyidah Maimunah, istri Rasulullah. Karena akan dilewati oleh jalur jalan tol, tentu makam tersebut harus digusur…” tutur Kiai Thoifur.
“Abuya guru saya keberatan dan mengirim surat kepada pemerintah. Namun, pihak pemerintah sudah bertekad bulat menggusur makam Ummul Mukminin tersebut. Semua sudah siap. Alat-alat berat siap beroperasi…” tutur Kiai Thoifur.
“Malam hari sebelum penggusuran, si menteri bermimpi bertemu Sayyidah Maimunah. Dalam mimpi tersebut, Sayyidah Maimunah berkata kepada si menteri, ‘Jika anda berani menggusur makam saya, jangan berharap anda akan mendapat syafaat dari Rasulullah suami saya’, dawuh Sayyidah Maimunah…”
“Malam itu juga, si Menteri Perencanaan tersebut langsung menelpon para pelaksana proyek jalan tol. Lalu memerintahkan agar membatalkan penggusuran makam Sayyidah Maimunah. Bahkan peta perencanaan itu akhirnya diganti total oleh si menteri…” cerita Kiai asal Purworejo itu.
Memang, dawuh Kiai Thoifur, terkadang ada orang yang lebih percaya jika ditegur oleh orang yang sudah meninggal daripada ditegur oleh yang masih hidup. Seperti si menteri ini. Dan betapa senangnya Abuya Al Maliki mengetahui kegagalan proyek tol yang melintas di makam Ummul Mukminin ini.
Baca juga: Tempat Wisata Favorit Jamaah Haji
Lalu Kiai Thoifur meneruskan cerita lain terkait kekuatan hikmah yang berangkat dari kemustajaban doa. Bahwa ketika beliau masih ngaji kepada Abuya Al Maliki di Makkah ada kejadian yang di luar nalar. Yaitu apa yang terjadi pada anak dari Hisyam Nadzir, Menteri Perminyakan Saudi pengganti Zaki Yamani.
Anak sang menteri menderita penyakit akut yang harus dibawa ke Amerika. Di dalam otaknya ada semacam ulat atau virus yang mengharuskan untuk dioperasi. Dan biasanya, operasi otak ini seringkali berujung kematian. Hisyam Nadzir kewalahan menghadapi penyakit yang menimpa anaknya.
Kemudian sang menteri memutuskan untuk pulang ke Madinah. Dia bertekad mendatangi Makam Rasulullah, dan akan bertabaruk dengan debu-debu yang ada di dalam kamar makam Nabi atau yang dikenal dengan “turbatul hujroh”.
Setibanya di Madinah, Hisyam Nadzir kemudian masuk ke dalam makam Rasulullah, lalu mengambil debu-debu yang baru saja disapu dari dinding mulia makam Kanjeng Nabi. Turbatul Hujrah itu dibawanya ke Amerika sebagai media untuk mengobati anaknya yang akan dioperasi.
اللهم يا الله، اتوسل إليك بتربة حجرة نبييك أن تشفي ولدي
“Allahumma Ya Allah. Dengan keberkahan debu-debu kamar Nabi-Mu, aku ingin menjadikannya sebagai obat untuk anakku.” Demikianlah munajat Menteri Perminyakan ini sembari memegang ‘turbatul hujroh’ tersebut.
Beberapa jam menjelang proses operasi, dokter memeriksa kembali kondisi si anak menteri. Subhanallah, ternyata virus atau bakteri yang menjalar di otak si pasien seketika hilang. Penyakitnya tiba-tiba sembuh. Dan tak jadi dioperasi.
Inilah yang disebut dengan hikmah, dawuh Kiai Thoifur. Dimana metode hikmah ini bisa diterima oleh semua kalangan. Oleh kaum awam maupun yang alim. Untuk bisa berdakwah dengan hikmah ini harus memiliki hati yang jernih, tidak bercampur dengan makanan yang tidak halal, sehingga doanya mudah terkabulkan.
Dan masih ada beberapa kisah yang dituturkan oleh Kiai Thoifur terkait manhaj dakwah Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki yang kali sedang diperingati haulnya yang ke 18. Semoga kita mendapatkan keberkahan dari sohibul haul, Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Alfatihah.
Oleh: Bang Oemar (Hawariy Pusat) Jedong Malang, 25 April 2022