tebuireng.co- Abu Dhamdham seorang petani yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah. Diceritakan, suatu ketika Rasulullah Saw duduk bersama para sahabatnya di Masjid Nabawi, lalu tiba-tiba beliau berkata, “Sebentar lagi, akan masuk calon penghuni surga dari pintu ini” sambil menunjuk ke sebuah pintu. Para sahabat yang duduk berpikir dan menebak-nebak siapa kira-kira yang akan masuk lewat pintu tersebut. Sahabat kalangan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq atau Sayyidina Umar bin Khattab ra, itulah sahabat yang muncul di benak para sahabat.
Tiba-tiba, datanglah satu sahabat yang tidak dikenal. Ia seorang petani bernama Abu Dhamdham. Ia hanyalah seseorang yang datang untuk shalat bersama Nabi Muhammad saw, hadir di majelisnya lalu pulang ke rumah. Dia bukanlah seseorang yang dekat dengan Nabi. Para sahabat berpikir, mengapa yang masuk dari pintu tersebut adalah Abu Dhamdham, seorang petani yang lebih banyak sibuk di sawah, bukan di masjid? Sahabat mengira hal tersebut hanya kebetulan saja.
Pada hari kedua, Nabi saw. berkata sambil menunjuk pintu yang sama, “Sebentar lagi, akan masuk seorang calon penghuni surga dari pintu ini.” Para sahabat pun menunggu, siapa kira-kira yang akan datang. Ternyata yang datang adalah Abu Dhamdham lagi. Para sahabat yang lain tetap heran dan masih mengira hal ini adalah kebetulan.
Pada hari ketiga, Nabi pun berkata lagi dengan perkataan yang sama “Sebentar lagi, akan masuk calon penghuni surga lewat pintu ini.” Beliau menunjuk pintu yang sama seperti pada hari pertama dan kedua. Para sahabat pun menunggu, berharap bukan Abu Dhamdham yang sudah dua kali masuk lewat pintu yang ditunjuk Nabi. Namun Ternyata yang masuk adalah Abu Dhamdham lagi.
Para sahabat berkata, “Sepertinya, tidak mungkin Abu Dhamdham masuk secara kebetulan hingga tiga kali. Para sahabat mulai bertanya amalan apa yang telah dilakukan Abu Dhamdham, karena ia termasuk orang yang biasa-biasa saja tidak selalu bersama Nabi, beribadah bersama Nabi atau tahajjud bersama Nabi saw. Abu Dhamdham biasa datang ke masjid ketika mendekati subuh. Lalu, amalan apa yang dilakukan oleh Abu Dhamdham sehingga Nabi saw memberikan kemuliaan sebagai calon penghuni surga?”
Para sahabatpun pulang lalu berkumpul untuk melakukan rapat tentang kemuliaan Abu Dhamdham. Hal tersebut karena para sahabat ghibthah dan ingin selalu berlomba lomba dalam kebaikan sehingga mendapat karunia dari Allah sebagaimana Abu Dhamdham. Lalu, para sahabat sepakat menunjuk dan mengutus Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. untuk mencari tahu tentang kemuliaan Abu Dhamdham. Sayyidina Ali pun menyetujuinya dan berkata, “Aku akan mencari tahu ibadah apa yang dilakukan Abu Dhamdham”.
Keesokan harinya, Sayyidina Ali r.a. menuju rumah Abu Dhamdam r.a dan berkata “Ya Abu Dhamdham saya datang kemari hendak menginap di rumahmu selama tiga hari.”
“Ahlan wa sahlan wa marhaban, ya Ali.” Sambut Abu Dhamdham.
Abu Dhamdham sangat senang rumahnya diinapi oleh salah seorang sahabat besar sekaligus menantu Nabi Muhammad saw. Abu Dhamdam pun berkata “ya Ali, akan kurapikan dan kusiapkan kamar khusus untukmu.”
“Tidak Abu Dhamdham, aku akan tidur sekamar denganmu dan tolong istrimu kau pindahkan dahulu ke kamar lain. Ke mana pun kamu pergi, aku ikut denganmu. Jika Kau ke sawah, aku akan ikut bersamamu. Jika kau ke pasar, aku akan ikut ke pasar bersamamu. Selama tiga hari tiga malam ini, aku akan selalu membersamaimu.” ucap Sayyidina Ali.
“Baiklah, ya Ali, kalau memang itu maumu.”
Pada malam pertama bersama Sayyidina Abu Dhamdham, Sayyidina Ali tidak berbicara sedikit pun. Ia hanya memperhatikan Abu Dhamdham sambil mengira-ngira ibadah apa yang akan dilakukan olehnya. Lalu, Sayyidina Ali berpura-pura tidur dan sedikit memejamkan mata, sambil terus memperhatikan Abu Dhamdham. Hingga Abu Dhamdham pergi ke kamar mandi, berwudhu, shalat dua rakaat, lalu tidur.
Sayyidina Ali berpikir, kapan Abu Dhamdham akan bangun untuk beribadah karena sampai tengah malam ia tidak bangun. Setelah lama menunggu, Abu Dhamdham pun tidak bangun juga, ia tidur dengan sangat nyenyak. Mungkin nanti di sepertiga malam, pikir Sayyidina Ali. la pun begadang, tetapi sampai sepertiga malam pun, Abu Dhamdham tidak bangun juga. Mungkin hari ini Abu Dhamdham kelelahan, pikir Sayyidina Ali.
Abu Dhamdham bangun sebelum Subuh, lalu shalat Tahajjud dan berangkat ke masjid bersama Sayyidina Ali lalu shalat subuh bersama Nabi Muhammad saw. Sampai shalat isyrak selesai, Sayyidina Ali pun terus berada di sampingnya hingga Abu Dhamdham pulang, lalu masuk ke ladangnya. Sayyidina Ali terus memperhatikannya. Namun yang dilakukan Abu Dhamdham sama seperti sahabat-sahabat lainnya.
Pada malam kedua, Sayyidin Ali kembali berpikir, mungkin malam ini Abu Dhamdham akan melakukan banyak ibadah-ibadah lainnya. Sayyidina Ali lalu berkata, “Ya Aba Dhamdham, malam ini, aku akan tidur lebih dulu.” Padahal, ia hanya pura-pura tidur dan sedikit membuka mata. Ia terus memperhatikan Abu Dhamdham. Ternyata pada malam kedua, Abu Dhamdham melakukan sama persis seperti pada malam pertama, yaitu masuk kamar mandi, berwudhu, lalu shalat dua rakaat dan tidur. la bangun sebelum Subuh, berwudhu, lalu shalat Tahajjud dan pergi ke masjid bersama Sayyidina Ali r.a. mungkin dia masih kelelahan, barangkali besok Abu Dhamdham akan melakukan ibadahnya, pikir Sayyidina Ali lagi.
Pada malam ketiga, ternyata ibadah Abu Dhamdham tidak berubah sedikit pun, sama seperti pada malam pertama dan kedua. Sayyidina Ali r.a. yang begitu penasaran akhirnya bertanya “Ya Abu Dhamdham, ketahuilah, aku menginap di rumah ini selama tiga hari karena kau telah dikabarkan oleh Rasulullah saw sebagai calon penghuni surga. Sehingga kami para sahabat sepakat ingin tahu amalan ibadah apa yang telah engkau lakukan.”
Abu Dhamdham pun berkata “Ya Ali, ibadah yang aku lakukan tidak ada yang lebih. Seperti yang kau lihat, itu adalah rutinitas yang selalu aku jalankan, tidak lebih .” Lalu, Sayyidina Ali r.a. berkata, “Pasti ada ibadah lain yang aku tidak tahu.” Akhirnya, Sayyidina Abu Dhamdham berkata, ” mungkin ada satu hal engkau lewatkan, ya Ali.” Sayyidina Ali bertanya, “Apa itu, ya Abu Dhamdham?” Abu Dhamdham menjawab, “Sebelum tidur, aku selalu berdoa kepada Allah dengan ucapan ‘Ya Allah, jika seandainya hari ini ada orang yang mencaci-maki aku, ada orang yang menyakitiku, menghinaku, aku maafkan mereka semuanya. Jangan Kau azab mereka, masukkan mereka semua ke dalam surga-Mu, ya Allah.”
Sayyidina Ali r.a berkata “Ini adalah sesuatu yang lebih baik yang aku dapatkan darimu, ya Abu Dhamdham, karena engkau memaafkan seseorang sebelum tidur.”
Kesucian hati dari untuk memaafkan kesalahan orang lain adalah rahasia mengapa Rasulullah menjanjikan surga kepada Abu Dhamdham sebagai anugerah dari Allah SWT.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca juga: Doa Rahasia Ibnu Umar Didengar Orang Buta
Baca juga: Belajar Peduli dari Kisah Seorang Majusi