• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Haji Akbar, Pengertian dan Keutamaannya

Thowiroh by Thowiroh
2025-05-12
in Keislaman
0
Haji Akbar, Pengertian dan Keutamaannya.(Ist)

Haji Akbar, Pengertian dan Keutamaannya.(Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Haji Akbar menjadi momentum yang sangat istimewa karena terdapat berbagai keutamaan yang diberikan Allah di dalamnya. Haji Akbar mengacu pada pelaksanaan ibadah wukuf di Arafah yang bertepatan dengan hari Jum’at.

Hal ini seperti yang dikatakan Imam Asy-Syafi’i  dan Abu Hanifah . salah satu acuannya adalah Riwayat berikut:

حدثنا محمد بن عبد الله بن عبد الحكم قال، أخبرنا أبو زرعة وهب الله بن راشد قال، أخبرنا حيوة بن شريح قال، أخبرنا أبو صخر: أنه سمع أبا معاوية البجليّ من أهل الكوفة يقول: سمعت أبا الصهباء البكري وهو يقول: سألت علي بن أبي طالب رضي الله عنه عن ” يوم الحج الأكبر ” فقال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث أبا بكر بن أبي قحافة رضي الله عنه يقيم للناس الحج, وبعثني معه بأربعين آية من براءة, حتى أتى عرفة فخطب الناس يوم عرفة، فلما قضى خطبته التفت إليّ, فقال: قم، يا علي وأدِّ رسالة رسول الله صلى الله عليه وسلم ! فقمت فقرأت عليهم أربعين آية من ” براءة “، ثم صدرنا، حتى أتينا مِنًى, فرميت الجمرة ونحرتُ البدنة, ثم حلقت رأسي, وعلمت أن أهل الجمع لم يكونوا حضروا خطبة أبي بكر يوم عرفة, فطفقت أتتبع بها الفساطيط أقرؤها عليهم. فمن ثَمَّ إخال حسبتم أنه يوم النحر, ألا وهو يوم عرفة.

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Zur’ah Wahbullah bin Rasyid, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Haywah bin Syuraih, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Shakhr, bahwa ia mendengar Abu Mu’awiyah al-Bajali, seorang dari Kufah, berkata:  Aku mendengar Abu ash-Shahba’ al-Bakri berkata: Aku bertanya kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu tentang Hari Haji Akbar, maka ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah mengutus Abu Bakar bin Abi Quhafah Radhiyallahu ‘anhu untuk memimpin pelaksanaan haji bagi manusia, dan beliau juga mengutusku bersamanya dengan membawa empat puluh ayat dari surah Bara’ah (At-Taubah). Lalu kami sampai di Arafah, dan Abu Bakar berkhutbah kepada manusia pada hari Arafah. Setelah ia selesai khutbah, ia menoleh kepadaku dan berkata: “Bangkitlah, wahai Ali, dan sampaikan pesan Rasulullah

Maka aku pun berdiri dan membacakan kepada mereka empat puluh ayat dari surah Bara’ah. Kemudian kami berangkat hingga sampai di Mina. Aku pun melempar jumrah, menyembelih hewan kurban, lalu mencukur rambutku. Aku tahu bahwa orang-orang yang berada di tempat wukuf (di Arafah) belum hadir dalam khutbah Abu Bakar pada hari Arafah, maka aku pun berjalan mengelilingi tenda-tenda, membacakan ayat-ayat tersebut kepada mereka. Dari situlah, kiranya, kalian mengira bahwa Hari Haji Akbar itu adalah Hari Nahr (10 Dzulhijjah), padahal sebenarnya itu adalah Hari Arafah (9 Dzulhijjah).”

Dalam Al-Quran, haji akbar dijelaskan dalaam surah At-Taubah

وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗۗ فَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِۗ وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ ۝٣

Artinya: “Suatu maklumat dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Jika kamu (kaum musyrik) bertobat, itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Berilah kabar ‘gembira’ (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”(QS. At-Taubah:3)

Diantara keutamaan Haji Akbar yakni luasnya ampunan Allah yang diberikan pada hari tersebut, seperti yang dijelaskan dalam kitab Mughni al-Muhtaj.

وَقَال الشَّافِعِيَّةُ : وَقِيل : إِذَا وَافَقَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ يَوْمَ عَرَفَةَ غَفَرَ اللَّهُ تَعَالَى لِكُل أَهْل الْمَوْقِفِ ، أَيْ بِلاَ وَاسِطَةٍ ، وَغَيْرُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ  بِوَاسِطَةٍ ، أَيْ يَهَبُ مُسِيئَهُمْ لِمُحْسِنِهِمْ

Artinya: lama kalangan Syafiiyyah mengatakan: dikatakan, jika hari Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang berkumpul di padang Arafah akan langsung mendapat ampunan dari Allah tanpa perantara, dan bila (wukuf) di selain hari Jumat, maka ampunannya melalui perantara. Artinya Allah memberikan ampunan orang yang berdosa (yang wukuf) karena adanya orang baik (yang wukuf).

Selain itu, ibadah di Haji Akbar lebih utama 70 kali lipat daripada saat haji biasa. Sebagaimana diungkapkan para ulama hanafiyah dalam kitab Hasyiah Ibn Abidin

قَال الْحَنَفِيَّةُ : لِوَقْفَةِ الْجُمُعَةِ مَزِيَّةُ سَبْعِينَ حِجَّةً ، وَيُغْفَرُ فِيهَا لِكُل فَرْدٍ بِلاَ وَاسِطَةٍ ، وَقَالُوا : أَفْضَل الأْيَّامِ يَوْمُ عَرَفَةَ إِذَا وَافَقَ يَوْمَ جُمُعَةٍ  وَهُوَ أَفْضَل مِنْ سَبْعِينَ حِجَّةً فِي غَيْرِ جُمُعَةٍ

Artinya: Kalangan Hanafiyyah menilai wukuf di Arafah bertepatan dengan hari Jumat memiliki keistimewaan 70 haji, dan diampuni setiap individu yang berkumpul disana tanpa perantara. Mereka berkata, hari paling mulia adalah hari arafah yang bertepatan dengan hari Jumat, ini lebih utama daripada 70 haji di hari selain Jumat.

Meski demikian, terdapat perbedaan pendapat terkait waktu Haji Akbar. seperti yang dikatakan Imam Malik dan ath-Thabari yang berpendapat bahwa Haji Akbar adalah hari Nahr (10 Dzulhijjah), karena pada hari itu terdapat banyak amalan haji dan karena malam sebelumnya adalah malam wukuf di Arafah.

Al-Qurthubi meriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa, “Hari Nahr adalah Hari Haji Akbar, pada hari itu ditumpahkan darah (penyembelihan hewan kurban), orang-orang menyelesaikan perjalanan mereka, melepaskan diri dari kekotoran (bercukur dan memotong kuku), dan dihalalkan hal-hal yang sebelumnya diharamkan dalam ihram.” Ini juga merupakan pendapat Imam Malik. Wallahua’lam.

Baca juga: Wukuf di Arafah, Puncak Ibadah Haji di Mekkah

Previous Post

Masih Relevankah Mengikuti Organisasi?

Next Post

Tafsir Surah Al-Hasr Ayat 18: Pentingnya Mengelola Waktu dengan Baik

Thowiroh

Thowiroh

Menulis untuk keabadian. Alumni Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tafsir Surah Al-Hasr Ayat 18 Pentingnya Mengelola Waktu dengan Baik.(Ist)

Tafsir Surah Al-Hasr Ayat 18: Pentingnya Mengelola Waktu dengan Baik

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Memahami Macam Makna Musibah dalam Al-Qur’an
  • Gubernur Khofifah: Guru sebagai Fondasi Ekosistem Pendidikan yang Maju
  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng