• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Benarkah Kemiskinan Struktural Memang Ada? 

tebuireng.co by tebuireng.co
2024-10-10
in Opini
0
Benarkah Kemiskinan Struktural Memang Ada?.(Ist)

Benarkah Kemiskinan Struktural Memang Ada?.(Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kemiskinan struktural diartikan kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan asasi atau esensial sebagai manusia seperti kebutuhan subsistensi, afeksi, keamanan, identitas, proteksi, kebebasan, partisipasi, dan waktu luang. 

Sederhananya, kemiskinan struktural diartikan akibat struktur sosial yang rumit sehingga menyebabkan kesulitan memperoleh berbagai kesempatan seperti seorang anak yang dilahirkan di keluarga miskin, besar kemungkinan dia akan menjadi miskin. 

Riset studi yang berjudul Laporan Ketimpangan Ekonomi Indonesia tahun 2024, dilakukan Celios dengan mengumpulkan data dari 50 orang terkaya di Indonesia menurut Forbes menghasilkan adanya ketimpangan yang sangat besar antara si kaya dan si miskin. 

Menariknya, Celios mengungkapkan temuan bahwa harta 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan harta 50 juta orang terkaya di Indonesia, dengan potensi Rp. 81,6 triliun dari akumulasi 2% dari kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia. 

Penyebab dari keadaan ini lantaran terbatasnya dukungan sistem mulai dari  keterbatasan pendidikan, dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah, kurangnya kesempatan dalam mempelajari teknologi, minimnya relasi dan jaringan pertemanan atau hubungan. 

Hal ini juga menjadi pembeda antara kemiskinan yang ada di Amerika dan Indonesia, dimana di masyarakat negara Amerika yang miskin nantinya masih mudah untuk keluar dari kemiskinan atau biasanya kemiskinan karena kebangkrutan.  

Berbeda dengan kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah bahwa kemiskinan Indonesia adalah karena sistem yang tidak mendukung masyarakat miskin bangkit, sehingga hal ini menjadi seperti lingkaran setan kemiskinan.

Hal ini kadang tidak hanya dialami oleh keluarga miskin tetapi keluarga kelas menengah, bahkan keluarga kelas menengah juga bisa berpotensi jatuh pada jurang kemiskinan. Lalu sulitkah untuk menjadi warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan?

Indonesia menjadi negara nomor 1 dengan pengangguran tertinggi pada April tahun 2024 diantara enam negara ASEAN . Kegagalan pemerintah Indonesia dalam membangun perusahaan manufaktur, menjadi hambatan beberapa kelas bawah tidak memiliki banyak kesempatan bekerja dengan mudah dan gaji yang tinggi. 

Minimnya perusahaan manufaktur membuat banyak dari masyarakat Indonesia yang berada di pekerjaan ‘pelayanan’ seperti tukang parkir, kasir, pelayan cafe, dan sejenisnya. Padahal jika melihat di negara maju hal demikian telah dialihkan dengan istilah ‘self service’ utamanya  dalam membayar barang belanjaan, pembuangan sampah ke TPS, dan yang lainnya.

Hal ini juga ditambah dengan melihat isu saat ini bahwa banyak perusahaan yang melakukan PHK massal atau lebih memilih untuk merekrut pegawai freelance untuk mengurangi biaya tenaga kerja.

Seharusnya jika mengalami kemiskinan, generasi pertama bisa atau mampu membangun kekayaan untuk setidaknya mampu memenuhi kebutuhan yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya. Namun alih-alih mewariskan kekayaan, beberapa keluarga miskin justru mewariskan beban keuangan kepada generasi selanjutnya atau yang lebih umum  saat ini dikenal dengan istilah generasi sandwich. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, 71 juta penduduk Indonesia merupakan generasi sandwich dengan total 8,4 juta generasi sandwich yang tinggal bersama anggota keluarga di luar keluarga inti. Saat ini sebagian Gen Z juga akan menjadi generasi sandwich. Apalagi jika dibayangkan pada tahun 2040 yang pastinya terjadi peningkatan penduduk lanjut usia.  

Salah satu cara untuk keluar dari ancaman kemiskinan struktural tidak lain adalah akses dasar seperti pendidikan dengan memberikan kesempatan kualitas pendidikan yang lebih baik, memberikan lapangan pekerjaan khususnya di daerah yang kemiskinan yang mendominasi, dan perbaikan akses kesehatan. 

Tak hanya dukungan kebijakan pemerintah, di dalam lingkungan keluarga sendiri juga harus memiliki kesadaran akan literasi keuangan. Jika tak mampu memberikan warisan kepada generasi selanjutnya, setidaknya tidak memberikan beban untuk generasi selanjutnya. Apalagi negara Indonesia memiliki budaya balas budi dengan orang tua atau anak ialah dana pensiun orang tua. 

Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus, Redaktur Majalah Tebuireng dan Alumni S1 Manajemen di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Editor: Thowiroh

Baca juga: Kebebasan Finansial Generasi Sandwich

Previous Post

Pentingnya Penguatan Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045

Next Post

Inspiratif, Cara Warga Desa Genukwatu Wujudkan Umroh Bersama

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Inspiratif, Warga Desa Genukwetu Wujudkan Umroh Bersama. (Ist)

Inspiratif, Cara Warga Desa Genukwatu Wujudkan Umroh Bersama

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Memahami Macam Makna Musibah dalam Al-Qur’an
  • Gubernur Khofifah: Guru sebagai Fondasi Ekosistem Pendidikan yang Maju
  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng