Pernyataan sikap netral dari Pesantren Tebuireng dirilis pada Rabu, 07 Februari 2024.
Hal ini menjadi penegasan terhadap segenap santri, alumni dan masyarakat pada umumnya bahwa Pesantren Tebuireng tetap kokoh dalam menjaga marwah Pesantren dan tidak memihak pada salah satu Paslon.
Pernyataan tersebut bertuliskan sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim.
Sehubungan dengan beredarnya berita/informasi/postingan di media sosial terkait deklarasi yang mengatasnamakan Pesantren Tebuireng tentang dukungan terhadap salah satu Paslon. Presiden dan Wakil Presiden, maka Pesantren Tebuireng merasa perlu menyampaikan klarifikasi/tabayun sebagai berikut:
1. Pesantren Tebuireng selalu menjaga marwah pesantren dengan berasaskan kebangsaan untuk kemaslahatan umat, sebagaimana diajarkan oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
2. Pesantren Tebuireng tidak pernah terlibat politik praktis, termasuk memberikan dukungan terbuka dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden.
3. Pesantren Tebuireng tetap dalam posisi netral dan tidak berpihak dalam Kontestasi Pilpres 2024 dalam rangka menjaga persatuan dan semangat ukhuwah.
4. Pesantren Tebuireng senantiasa menerima dan menghormati tamu yang bersilaturahim sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
5. Adanya kegiatan “pemberian dukungan terhadap salah satu Paslon Pilpres 2024 di acara “Mudzakarah Indonesia Maju yang diadakan di lokasi parkir KMGD (di luar kawasan Pesantren Tebuireng) tidak mewakili sikap kelembagaan Pesantren Tebuireng, melainkan merupakan sikap personal.
Demikian hal ini kami sampaikan untuk menjadi perhatian.
Surat pernyataan tersebut ditandatangani langsung oleh pengasuh Pesantren Tebuireng yakni KH Abdul Halim Mahfudz.
Dengan adanya pernyataan tersebut menjadi penegasan juga bahwa tidak ada maklumat khusus dari Pesantren Tebuireng untuk mendukung dan memilih salah satu Paslon. Pesantren Tebuireng selalu memberikan ruang terbuka secara bebas kepada santri, alumni dan segenap masyarakat secara umum dalam menggunakan hak suara masing-masing.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu dzurriyah Pesantren Tebuireng, KH Irfan Yusuf (Gus Irfan) bahwa politik hanyalah wasilah atau jalan dengan tujuan menyejahterakan bangsa yang mana jalan tersebut bisa ditempuh dengan banyak jalur. Tidak harus sama antara satu orang dengan lainnya termasuk jika itu adalah gurunya.
Menurut Gus Irfan, setiap pemilih utamanya santri harus memiliki pengetahuan, gagasan dan pandangan tersendiri dalam memilih calon pemimpin dan tidak harus selalu mengikuti gurunya. Jika pun ingin mengikuti sang guru, maka harus terlebih dahulu ditelaah dan dipahami alasan sang guru dalam menentukan pilihannya.
Baca juga: Dalam Pilpres, NU Berada Dimana dan Harus Bagaimana?

