Shahih Bukhari merupakan kitab yang memiliki banyak keutamaan. Kitab Shahih Bukhari disusun oleh seorang ulama besar asal Bukhara, Uzbekistan, Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari. Di dalamnya terhimpun hadis-hadis shahih dari Nabi Muhammad Saw.
Gus Qoyyum Manshur Lasem, dalam channel youtube Mubibbin Gus Qoyyum (16/07/2021) menerangkan keutamaan-keutamaan kitab Shahih Bukhari. Beliau menjelaskan ada empat keutamaan yang berhuhungan dengan kitab Shahih Bukhari dan keutamaan berziarah ke makam pengarangnya.
Baca juga: Hadis dan Hukum Ziarah Kubur
Keutamaan pertama adalah riyadhoh atau tirakat luar biasa yang dilakukan oleh Imam Bukhari dalam proses penyusunan kitab Shahih Bukhari. Gus Qoyyum menunjukkan referensi mengenai tirakat Imam Bukhari tersebut dari kitab Hadyus Sari Muqaddimah Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani (h.675). Dalam kitab tersebut Imam Bukhari mengatakan: “aku tidak meletakkan satupun hadis dalam kitab shahihku ini kecuali sebelumnya aku mandi terlebih dahulu dan shalat dua rakaat.”
Dari keterangan tersebut Gus Qoyyum menjelaskan begitu luar biasanya tirakat Imam Bukhari dalam proses menyusun kitabnya, kalau untuk satu hadis saja Imam Bukhari harus mandi dan shalat dua rakaat, lantas berapa ribu rakaat yang dilakukan Imam Bukhari ketika proses menyusun shahih Bukhari? Berapa kali mandi yang dilakukan Imam Bukhari untuk menghormati Baginda Nabi Muhammad Saw?. Beliau Membersihkan jasmani dan rohani untuk menghormati sunnah Rasulullah, yakni hadis-hadis nabi yang beliau susun.
Keutamaan yang kedua adalah apa yang dilakukan oleh Imam Bukhari mendapatkan rekomendasi langsung dari Nabi Muhammad Saw. Keterangan tersebut Gus Qoyyum temukan dalam kitab yang sama Hadyus Sari Muqaddimah Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani (h.676). Di dalam kitab tersebut terdapat keterangan bahwa ada seorang ulama yang menjadi warraq atau seseorang yang bekerja menyediakan kertas-kertas ketika Imam Bukhari menyusun kitab. Ia adalah Muhammad Ibn Hatim.
Ibn Hatim mengatakan: “Aku bermimpi melihat Imam Bukhari dalam tidur. Imam Bukhari berada di belakang Rasulullah Saw. Dan Rasulullah berjalan, maka sewaktu Rasulullah mengangkat telapak kakinya dari satu tempat, Imam Bukhari mengangkat dan meletakkan telapak kakinya di bekas telapak kaki Rasulullah Saw tersebut. Ini sebuah isyarat bahwa Imam Bukhari adalah seorang figur ulama yang mengikuti jejak Rasulullah Saw. Ini mengisyarahkan ilmu beliau, kitab Shahih Bukhari yang beliau susun mendapatkan rekomendasi dari Rasulullah Saw.
Baca juga: Ilmu Hadis dari Nabi Muhammad sampai ar-Ramahurmuzi
Keutamaan yang ketiga, dan ini tidak berhubungan langsung pada kitab Shahih Bukhari tapi keutamaan menziarahi makam penyusunnya. Gus Qoyyum mendapatkan keterangan itu di dalam kitab Tarikhul Islam karya Ad-Dzahabi (Jilid 19, h.251). Dijelaskan di dalam kitab tersebut bahwa pernah terjadi paceklik disebabkan tidak ada air hujan yang turun di Samarkand, Uzbekistan. Orang-orang melakukan Shalat Istisqa’ untuk memohon kepada Allah supaya menurunkan air hujan namun air hujan tidak kunjung turun.
Kemudian ada seorang yang salih mengusulkan kepada hakim agung di Samarkand. Ia berkata: “saya berpendapat, Anda seorang hakim agung keluar dan mengajak orang-orang bersama Anda menuju makam Imam Bukhari kemudian kita memohon kepada Allah untuk diturunkan air hujan dengan wasilah ziarah di makam Imam Bukhari. Insyaallah bersama harapan kita, Allah akan segera menurunkan hujan.”
Maka usulan itu dilakukan oleh hakim agung bersama orang-orang. Mereka memohon turunnya air hujan kepada Allah Swt, sambil menangis di makam Imam Bukhari dan meminta syafaat kepada Shahibul Qabr (orang yang berada dalam kuburan itu yakni Imam Bukhari) akhirnya Allah mengirimkan air hujan yang besar yang deras dan melimpah. Berziarah ke makam Imam Bukhari membawa berkah dengan izin Allah Swt.
Keutamaan yang keempat yaitu kitab Shahih Bukhari bisa dibaca untuk menghadapi musibah, bencana, wabah, penyakit, dan penjajah yang sedang menimpa suatu negara. Gus Qoyyum menemukan keterangan tersebut di dalam mukadimah kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi karya Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim bin al-Mubarok Furi (h.150).
Pengarang kitab tersebut mengatakan: “sungguh memperbolehkan para ulama zaman ini untuk membaca Shahih Bukhari dan menghatamkannya sebagai penyembuhan penyakit-penyakit, menolak musibah-musibah, dan berhasilnya tujuan-tujuan dengan izin Allah Swt.”
Pembacaan kitab Shahih Bukhari dilakukan dengan cara sebagian orang membaca juz pertama, sebagian lagi membaca juz kedua, sebagian lagi membaca juz ketiga, dan demikian seterusnya sampai menghatamkan kitab Shahih Bukhari. Menurut Gus Qoyyum pembacaan Shahih Bukhari bisa dilakukan dengan cara berkumpul dalam satu majelis atau bisa dibaca sendiri-sendiri jika terdapat halangan seperti dalam kondisi pandemi saat ini.[]